“Aku sudah ada di dalam mobil dan bersiap untuk berangkat. Wait me, nona Samantha,” kata Jae Woon, kemudian suara kecupan dari seberang telepon membuat Samantha tersenyum tipis.
***
Samantha tersenyum lebar saat teman yang Jae Woon bawa itu berada di hadapannya. Air liurnya seakan menggenangi mulut. Teman lelakinya itu adalah sekotak brownies cokelat.
“Apa kau tidak takut gemuk?” tanya Jae Woon seraya bertopang dagu memerhatikan gadisnya dengan lahap memakan brownies cokelat yang sudah diiris-iris. Gadis yang sedang menguyah itu hanya menggeleng.
“Anniya. Dari dulu tubuhku juga tetap seperti ini ‘kan walau aku doyan sekali dengan cokelat.”
“Itu adalah kelebihanmu. Disaat orang lain selektif dengan makanan, kau malah makan sesukamu.”
“Tapi, jika aku gemuk bagaimana? Kau pasti akan meninggalkanku dengan aktris-aktris itu,” balas Samantha setelah menghabiskan sepotong brownies di tangannya.
Jae Woon mencabut tisu yang ada di hadapannya, lantas membersihkan ujung bibir Samantha yang meninggalkan partikel-partikel kecil cokelat.
“Apa kau tidak ingat berapa lama kita pacaran? Lima tahun, bukan? Aku menyayangi dirimu. Bukan fisikmu. Semua orang tahu jika kau adalah seorang gadis yang cantik. Bagiku, hal yang menarik dari dirimu adalah keunikanmu. Kau itu gadis langka, Sam!” ujar Jae Woon dengan nada serius. Membuat mulut Samantha sedikit menganga. Tapi, Samantha sedikit kesal dengan perkataan akhir lelakinya.
“Yak! Memangnya aku hewan, lalu bisa kau katakan langka?” Jae Woon terbahak dan memeluk Samantha gemas.
“Kau adik manisku yang nanti akan aku nikahi,” bisik Jae Woon tepat di dekat telinga kiri Samantha. Gadis itu membalas perlakuan lelakinya.