Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Separated Identity [Chapter 3: Who are You?]

12 Juni 2016   12:20 Diperbarui: 12 Juni 2016   12:31 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hey! Berapa nomor apartemenmu?” Langkah Samantha terhenti saat Autumn juga menghentikan langkahnya. Kemudian, lelaki itu membalikkan tubuh dan lagi-lagi menatap tajam ke arah Samantha. Terlihat bahwa lelaki di hadapan gadis yang jantungnya berdetak dengan cepat itu tidak senang dengan introgasi gadis penyuka warna pastel itu— hingga akhirnya, belanjaan-belanjaan itu ia jatuhkan dengan kasar. Ia pun berlalu pergi tanpa mengatakan apa pun.

“Aku hanya ingin bertanya, tapi, kenapa kau begitu menyebalkan!” Maki Samantha pada Autumn, yang sedikit demi sedikit bahunya mulai mejauh dari pandangan.

Sudah cukup Samantha melihat Autumn pergi begitu saja dan tidak mau bertanggung jawab atas kelakuan menyebalkannya. Ia pun menggerutu saat memasukkan belanjaannya ke dalam kantung kresek kembali. Saat tangan kanannya terasa basah, ia teringat jika salah satu belanjaannya adalah telur. Samantha geram dan ingin sekali memaki Autumn habis-habisan. Tapi, niatannya percuma saja.

Deg!“Ke… ke mana dia pergi?” tanya Samantha dalam hati. Tangannya gemetar dan tubuhnya mematung seperti patung berusia uzur yang sudah lumutan. Tidak lama setelah itu, ia terkaget hebat saat ponsel di dalam tasnya berbunyi.

My Beloved Jae Woon.Begitu nama pemanggil yang tertera. Samantha bernapas lega dan segera menerima panggilan itu.

Yeoboseyo!” ucap Samantha dengan nada lembut yang dibuat-buat. Tapi, usahanya sia-sia. Jae Woon masih mendengarnya seperti suara orang ketakutan.

“Kau tidak apa-apa, kan?”

Gwaencanayo,” balas Samantha, lalu terdiam memikirkan alasan apa yang bisa menjelaskan jika nada bicaranya mungkin masih terdengar seperti orang yang sedang ketakutan.

Are you sure?” Jae Woon menggoda. Samantha terbahak sekilas sebelum menjawabnya. “Ya, I’m pretty sure.”

 “Kau sudah pulang dari berbelanja? Sebelum aku pulang ke rumah, aku mau mampir ke apartemenmu dulu.” Kedua pasang mata Samantha berbinar. Jae Woon datang tepat waktu saat ia ketakutan.

Ne, aku sudah pulang. Hmm, cepat ya…,” pinta Samantha dengan menambahkan nada manja di akhir. Ternyata, ketakutan bisa merubah Samantha menjadi manja. Hmm ya, tapi itu hanya SEDIKIT manja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun