Mohon tunggu...
Hallo SobatKampus
Hallo SobatKampus Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hallo semangat yaa!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Takdir Dalam Dua Bahasa Surga

23 Desember 2024   22:31 Diperbarui: 23 Desember 2024   22:31 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"sekarang aku paham, sekalipun berjalan bersama tak selalu tujuannya juga sama. Cukup menemukan dia yang arah dan tujuannya yang sama agar berjalan tak sekedar beriringan, tapi juga bertahan hingga akhir. Berdampingan dengan yang cintanya tulus dan setara" sambung gadis itu.

Zara menghembuskan nafasnya, ternyata sesingkat itu kisah antara dirinya dan Sabiru. Begitu singkat namun meninggalkan kesan yang mendalam. Malam ini ia harus menerima kenyataan bahwa esok mungkin adalah hari terakhir dirinya bertemu dengan seseorang yang ia cintai.

Keesokan harinya, disitulah sekarang mereka berada di danau favorit Sabiru. Sabiru yang daritadi excited bertemu dengan Zara menceritakan hari-hari yang ia lalui beberapa hari ini. Seketika Zara membuka suara

"siapa Talia?" Tanya Zara. Sabiru terdiam, ia sudah menebak pasti akan ada hal ini yang ditanyakan Zara. Sabiru pun menceritakan semua yang di alami Talia dan kisah mereka dulu sampai di mana mamanya menganggap Talia sebagai anaknya sendiri. Zara yang mulai mengerti, mengangguk paham dan tersenyum,

"sepertinya, Talia lebih butuh kamu" ucap Zara

"maksud kamu?" Tanya Sabiru

"Sabiru, mari kita akhiri semua ini. Mari akhiri semua perasaan yang telah ada di antara kita. Kita salah Biru" jawab Zara dengan memalingkan wajahnya dari hadapan Sabiru.

Sabiru diam, tak menjawab pernyataan Zara. Benar adanya apa yang ia pikirkan sebelum ini, bahwa kisah yang ia mulai bersama Zara akan berakhir sama seperti kisahnya dan Azura dulu.

"Zara, aku tau kita salah dari awal. Tapi salahkah cinta aku ke kamu? Apakah di agamamu melarang seseorang yang bukan umatnya untuk mencintai hambanya?" Tanya Sabiru menyesakkan. Tangis Zara pecah, ia tak bisa menahan rasa sakit atas pertanyan Sabiru.

"ga ada yang salah Biru. Tapi inilah takdir kita sedari awal. Selaras namun takbisa saling genggam. Jika kamu ke aku berkali-kali tentang bagaimana perasaanku ke kamu, jawabannya akan tetap sama, Biru ga berubah sejak awal" jawab Zara

Sabiru menghela nafasnya, mau seberjuang apapun Sabiru untuk mempertahankan Zara akan sia-sia jika salah satu dari mereka tidak ada yang mengalah. Dengan berat hati Sabiru menerima keputusan Zara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun