"hah? Kamu yakin?" balas Zara
"tapi gue terlalu takut untuk mengulang kesalahan yang sama" tambah Biru
"lo inget Azura, mantan gue? Dia muslim sama kaya lo. Tapi kami bingung mau dibawa kemana hubungan kami, sampai akhirnya penyakit Azura semakin parah dan buat dia kehilangan nyawanya" sambung Sabiru
"terkadang ga semua yang kita hayalkan itu bisa terwujud, Biru. Tapi keberuntungan bisa jadi selalu berpihak ke kita. Contohnya kamu dan Azura, kalian sama-sama beruntung karna ketemu antara satu sama lain sampai akhir hayat Azura. Kamu pasti ga  nyesel dong ketemu dia?" balas Zara
"iya, lo bener. Dan sekarang keberuntungan gue masih berlanjut, karna ketemu sama lo" jawab Sabiru
"kita cuman bisa ngejalanin semua ini, karna yang berhak menentukan cuma Tuhan" ujar Zara
"Tuhan yang mana,Zar?" goda Sabiru. Namun Zara tidak menjawabnya melainkan memukul pelan bahu Sabiru.
"lo suka gue?" Tanya Sabiru lagi. Zara terdiam, ia bingung harus menjawab apa
"aku ga au bohong, jujur aku nyamna sama kamu. Tapi kayaknya kita jalanin aja dulu gimana kedepannya urusan nanti" jawab Zara malu-malu dan tersenyum
"selain lemah di matematika, gue juga lemah kalo di senyumin lo kaya gini" goda Sabiru bahagia mendengar jawaban Zara
Zara hanya tersenyum, tidak bisa berdusta bahwa Zara juga telah jatuh cinta dengan laki-laki di hadapannya ini. Melewati hari-hari bersama tidak menutup kemungkinan jika mereka saling jatuh cinta. Namun tidak ada yang berani mengakuinya, Sabiru yang terlalu takut untuk memulai kisah yang sama dan Zara yang terbawa perasaan mendalam kepada Sabiru. Mereka memutuskan untuk pulang, Sabiru lega karna telah mengungkapkan perasaannya, dan Zara pun mengetahui perasaan Sabiru padanya yang lebih dari sekedar teman.