" Dih males, hapus aja palingan kamu nanti diomelin pak Joko."Â
Matahari mulai turun, dia lelah seharian bertengger diatas langit. Melihat tingkah laku manusia yang beragam. Jhon dan Vina, salah dari dua orang yang diperhatikan oleh matahari. Betapa akrabnya, mereka bercanda gurau di depan toko perhiasan Delima. Â Â
" Jhon..., coba lihat sini deh." Vina menunjukkan sebuah cincin perak yang diatasnya dihiasi berlian berwarna biru kemilauan. Cincin itu tampak menawan dan anggun mengalahkan belasan cinicin yang dipejeng di etalase.
" Cincin ?"Â
" Pengen deh, suatu saat nanti ada seseorang laki - laki yang ganteng, ramah, dan gak sombong ngelamar aku pake cincin itu." Wajah Vina memerah, tampaknya dia menaruh sebuah harapan besar ke seseorang.
" Gua beliin itu buat elu ? Diih males ! "Â
" Gak usah kepedeaan, kamu bukan tipe aku."
" Oh ya, lihat aja nanti. Pasti suatu saat nanti kamu akan suka sama aku dan berharap aku mau jadi pacar kamu, kayak cewek - cewek yang lain di kampus."
" Hmmm, tidak akan pernah." Kepala menggeleng dan kedua tangan Vina menyilang.
" Kalau makan bakso di deket jalan arah basecamp mau ? katanya bakso urat disana terkenal enak sekali.
" Mau..., mau...., tapi dua porsi ya ?" mata Vina berbinar - binar.