Mohon tunggu...
FAIZ FATURROHMAN
FAIZ FATURROHMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

MAHASISWA SASTRA INGGRIS UIN JAKARTA.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Two Words: Indonesia Version

20 Desember 2022   12:46 Diperbarui: 20 Desember 2022   12:52 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ratu: "lama tidak berjumpa Wijaya..."

Raja Wijaya: "huff, kau tidak pernah berubah Buyung".

Marhapatih Meda: "mantranya berhasil... tetapi tidak dengan anaknya". Sambil menoleh ke arah Raja.

Raja Wijaya: "apa yang kau mau kali ini???. Mengapa kau menyerang kerajaanku dan rakyatku yang tidak bersalah???."

Ratu: "mungkin rakyatmu tidak bersalah... tetapi pemimpin dari rakyatmu yang tidak bersalah ini adalah seorang bajingan. Rakyat mu akan berterima kasih kepadaku suatu hari nanti, karena hari ini aku akan memotong garis keturunanmu itu, walaupun dengan cara membunuhnya.. hmm terdengar sedikit kejam, tetapi itu adalah kenyataan yang harus diterima oleh seorang raja sepertimu Wijaya."

Raja Wijaya: "aku tidak biarkan kau membunuh keluargaku dan menghancurkan kerajaanku".

Ratu: "Naharayu... cari bayi itu dan bunuhlah kedua anaknya".

Wanita Tua: "senang kau menyebut namaku lagi Ibu... mwahahahaha" tertawa dengan mengerihkan.

Marhapatih Meda: "sebelum kau sentuh Raden... lewati aku dulu Naharayu..."

Kemudian Patih Meda dan Wanita Tua itu bertarung, Patih Meda menggunakan Pedangnya yang tidak akan hancur saat terkena sihir dan Naharayu mengeluarkan ilmu sihir yang telah dia latih selama bertahun-tahun, ini adalah pertarungan sesame tangan kanan dari seorang Raja dan Ratu. Raja Wijaya berhadapan dengan Ratu Buyung, ini adalah pertarungan sengit yang sangat mengagumkan, mereka berdua sama-sama mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Prajurit yang tersisapun harus bertarung melawan penyihir yang tersisa juga.

Setelah beberapa menit pertarungan Patih Meda dengan Naharayu berakhir seri, Patih Meda terbaring lemas dengan tubuh bersimpah darah karena goresan ilmu sihir dan terpental beberapa kali. Sedangkan Naharayu harus kehilangan tangan kanannya yang terkena tebasan pedang dari Patih Meda, tetapi itu bukan masalah besar baginya, karena dia adalah penyihir dia bisa melakukan apa saja dengan mantranya walaupun sempat gagal dengan mantra awet muda, tetapi kali ini dengan mantra mengembalikan tangan kanannya bukanlah hal yang sulit baginya. Lalu Naharayu pergi meninggalkan Ibunya yang masih bertarung dengan Raja, dia tidak bisa berubah menjadi burung karena kekuatannya sebagian besar sudah hilang dan dia memanfaatkan waktu disaat Raja masih bertarung dan Meda yang sekarat diapun bergegas ke ruang bersalin untuk menemukan anak Raja, tetapi setelah dia masuk kamar tersebut hanya ada Kumara yang terbaring tak sadarkan diri. Setelah dia mengetahui Ratu terbunuh dia tidak punya waktu untuk berfikir panjang lalu dia membawa Kumara yang tak sadarkan diri dengan menyeretnya menggunakan satu tangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun