Pria tua: "jadi kau berasal dari kerajaan??"
Raden Adya: "bukankah sudah jelas?? Aku berasal dari Wonosari."
Pria tua: "Wonosari??"
Raden Adya: "kau tidak tau Wonosari?? Tidak heran... desamu sangat jauh dan terpencil. Biar ku beritau Wonosari adalah kerajaan terbesar disini, bahkan wilayahnya sangat luas... aku saja tidak sanggup untuk menjelajahinya. Tapi sayangnya 20 tahun lalu kerajaanku diserang oleh penyihir.. ayah bilang pada saat itu aku baru saja dilahirkan. Sebentar.... Tapi kenapa ayahku tidak mengetahui desa ini ya?? Hmm aneh."
Pria tua: "penyihir??"
Raden Wijaya: "yaa.. apa kau tau tentang penyihir itu kek??"
Pria tua: "iyaa aku tau.. jadi kau kesini untuk mencari penyihir itu?"
Raden Adya: "tepat sekali. Aku sebenarnya adalah putra mahkota, aku mencari penyihir itu untuk balas dendam. Aku lelah... aku tidak dihormati oleh orang-orang di Wonosari, kecuali mereka adalah anggota kerajaan. Aku dibesarkan oleh selir, ibu dan kakakku meninggal saat peperangan itu, dan semua orang menyalahkanku."
Pria tua: "sebenarnya... desa ini juga pernah dijarah oleh penyihir itu. Mereka mengambil semua hasil panen kami, akibatnya satu desa menderita kelaparan dan bahkan ada yang meninggal. Yang aku tau dari penyihir itu adalah dia datang dari balik bukit itu. Tetapi jika kau ingin kesana kau harus melewati hutan angker. Beberapa dari kami pernah masuk ke hutan itu... tetapi tidak ada yang kembali."
Raden Wijaya: "dahulu ayah bilang pamanku.. maksudku paman Meda, dia mendapat gelar Marhapatih dari ayahku. Dia pergi dari kerajaan dan berjanji untuk menemukan keberadaan penyihir itu. Tetapi dia tidak pernah kembali sampai sekarang. Padahal dia adalah orang terkuat dikerajaan setelah ayahku. Karena itulah ayah sangat mempercayainya... dia jujur, berani, dan berkorban untuk kerajaan."
Pria tua: "aku turut berduka".... "tetapi sepertinya aku pernah melihat beberapa pasukan... pada saat itu aku masih cukup muda, dan kondisi desa sedang kacau. Melihat lambang yang ada di bajumu, sangat tidak asing bagiku."