Mohon tunggu...
FAIZ FATURROHMAN
FAIZ FATURROHMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

MAHASISWA SASTRA INGGRIS UIN JAKARTA.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Two Words: Indonesia Version

20 Desember 2022   12:46 Diperbarui: 20 Desember 2022   12:52 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akhirnya Kumara jatuh pingsan karena tubuhnya yang lemah setelah berhasil mengambil alih tubuhnya itu.

Raden Adya: "ibu... ayah..." dia berlari menghampirinya. "ayah kau tidak apa-apa??"

Raja Wijaya: "ayah tidak apa-apa nak... lebih baik kau periksa ibumu" sambil meringis kesakitan."

Lalu Adipati Bima datang setelah dari pertempuran, dia menghampiri Raja.

Adipati Bima: "yang mulia... kau tidak apa-apa?? Lihat tubuhmu yang mulia."

Raja Wijaya: "aku tidak apa-apa, jangan khawatir. Apa kau terluka??"

Adipati Bima: "aku baik-baik saja yang mulia"

Raja Wijaya: "aku minta hentikan pertempuran ini."

Adipati Bima: "baik yang mulia". Lau Bima berteriak "hey semuanya!!! Hentikan...!!"

Lalu semua prajurit berhenti bertarung walaupun banyak juga yang telah gugur dari kedua belah pihak.

Raja Wijaya akhirnya mengakui kesalahannya, dia meminta maaf kepada semua penyihir di akhir nafasnya atas perbuatanya. Kumara masih terbaring lemas dan belum sadarkan diri. Adya menangis melihat tubuh ayahnya yang perlahan-lahan berubah menjadi abu, tidak ada cara untuk menghentikannya. Rara pun hanya bisa terdiam menyaksikan semua kejadian ini, dia mencoba menenangkan Adyan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun