Adya pun berlari dengan sangat kencang untuk menghindari serangan dari makhluk yang misterius itu. Adya sudah berlari sangat jauh dari tempat dia menemukan mayat itu, tetapi makhluk itu terus mengintainya, walaupun Adya belum melihat sosok makhluk itu, tetapi dia terus berlari karena panik. Tapi Adya tidak bisa berlari terus, dia sudah sangat kecapean. Dan akhirnya dia berhenti dan memutuskan untuk melawan makhluk itu.
Raden Adya: "tunggu... aku kan bawa panah, kenapa aku harus lari??. Baiklah.. apapun wujudmu aku tidak akan takut kepadamu". Dia mengatakannya dengan penuh percaya diri.
Setelah dia bersiap untuk menembakan busur panahnya ke arah dari tempat suara itu berasal dan yang terjadi adalah:
Raden Adya: "apa...??? Kucing??? Hahahaha" dia tertawa terbahak-bahak sambil memegangi jidatnya. "jadi aku lari sejauh ini hanya karena seekor kucing?? Dasar bodoh... pantas saja kakek itu bilang aku akan mati konyol." sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Ternyata kucing itu bukan kucing biasa, kucing itu berubah menjadi besar, matanya menjadi merah dan taringnya pun sampai terlihat, kucing itu warnanya hitam dan di sekeliling tubuhnya ada api yang berwarna hitam. Adya sangat terkejut, dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat, lalu Adya langsung mengarahkan panahnya kepada kucing itu dan menembaknya, dia tidak mensia-siakan kesempatan itu untuk membuktikan bahwa dirinya adalah pemanah terhebat di Wonosari. Tetapi busur panah yang ditembakan Adya itu menembus tubuh kucing itu, dan Adya pun langsung berbalik arah dan lari. Karena sudah lelah, Adya tidak kuat lari lebih jauh dan mulai melambat dan akhirnya dia diterkam oleh kucing itu sampai tidak sadarkan diri.
Kembali ke Wonosari, Raja menghampiri Adipati Bima dan prajurit lainnya yang sudah siap untuk mencari Adya. Raja Wijaya memberi sebuah jimat dan beberapa persenjataan yang sudah dibuat khusus untuk melawan para penyihir. Tidak lama kuda Adya melewati barisan pasukan dan menghampiri Raja.
Adipati Bima: "yang mulia, bukankah itu kuda yang di tunggangi oleh Adya?"
Raja Wijaya: "benar... ada apa dengan anak itu??" dia semakin cemas. "sepertinya aku harus ikut dalam pencarian ini!".
Adipati Bima: "tapi yang mulia, jika kau pergi... siapa yang akan menjaga Wonosari??"
Raja Wijaya: "kau tidak usah khawatir Bima... hari ini juga kita serang para penyihir itu. Aku mau semua pasukan yang ada di Wonosari ikut denganku!".
Adipati Bima: Dia berkata di dalam hatinya "hufhh... ini akan menjadi serangan balik yang sangat mengerikan". Â "Baiklah... kalian dengar apa yang dikatakan yang mulia?? Mari kita serang para penyihir itu!". dan teriakan pasukan menyertainnya.