Aku menerima surat izin cuti selama satu minggu dari atasanku. Segera kupesan dua tiket kereta api eksekutif jurusan Jakarta-Malang. Aku ingin menghabiskan liburan di kota dingin yang sekian lama kutinggalkan.
Dalam gerbong ketiga aku dan Alexa duduk berdampingan. Kubiarkan kepalanya bersandar pada pundakku. Aku tahu ia sangat lelah. Ia butuh menenangkan hati dan pikiran setelah begitu banyak kejadian menegangkan kami alami.
"Ran, lega rasanya bisa kembali menjadi diri sendiri," desah Alexa perlahan.
"Maafkan aku, Al, kau ikut terlibat urusan ini. Seharusnya aku menolak ketika Inspektur Migure memintamu untuk menemaniku," aku mencium lembut rambutnya yang wangi.
"Tidak, Ran. Kau tak perlu minta maaf. Takdirku memang harus menemanimu," Alexa memejamkan matanya.
"Kau ingin secangkir white frappe, Al?" aku menawarkan. Ia menggeleng.
"Kau tahu, Ran. Hal yang paling menyiksaku selama menyamar menjadi Rheinara adalah, setiap hari aku harus menghabiskan lebih secangkir white frappe!" Ia tertawa.
Angin berembus masuk melalui celah-celah jendela kereta yang sedikit terbuka. Alexa menggeser tubuhnya. Kini kepalanya beralih ke pangkuanku.
"Ran, aku mengantuk sekali. Bolehkan aku tidur sejenak?"
"Tidurlah Al, aku akan menjagamu."
****