Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber] His Last Vow

27 November 2015   16:38 Diperbarui: 27 November 2015   18:38 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dasar pecundang! Sejak dulu kau menginginkan kematian Nugie dan Rhein. Kau bukan manusia, kau sama jahatnya dengan Mr. J. Kalian berdua sama-sama iblis!" Nina berteriak kalap. Suaranya menggema ke seluruh ruangan.

Dooorrrr!!!

Satu peluru melesat menyerempet pundak Nina. Gadis itu terhuyung. Kemudian jatuh tersungkur mengerang di lantai bersimbah darah. Senjata di tangannya terjatuh.

"Dasar gadis bodoh! Kenapa kau bawa-bawa nama Mr. J? Apa kau akan membuka rahasia kami di depan laki-laki yang kau puja ini?" napas Nugha tersengal. Tangannya yang memegang pistol bergetar hebat. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku merangsek maju. Menendang selangkangannya sekuat tenaga. Ia menjerit kesakitan. Senjata di tangannya terpental jatuh tak jauh dari kakiku. Kuraih senjata itu dan berbalik menodongnya.

"Sekarang katakan di mana kau sembunyikan Alexa!" aku memaksanya bicara.

"Hoho, jadi perempuan itu bernama Alexa, ya...." Nugha tersenyum mengejek. Ia terhuyung-huyung bangun.

"Jika sampai terjadi sesuatu pada Alexa, maka aku tidak akan segan menghancurkan kepalamu!" ancamku.

"Oh, ya? Seberapa besar cintamu pada Alexa? Sebesar cintaku yang ditolak Rheinara kekasih kembaranku itukah? Kau tahu, Ran, aku benci Nugie! Ia telah mendapatkan semuanya. Kesuksesan, wanita cantik, hhh, sementara aku? Siapa yang peduli padaku? Hanya Mr. J!" ia berkata penuh amarah.

Habis sudah kesabaranku. Aku harus segera membungkam mulutnya yang tak berhenti mengigau. Kulayangkan satu bogem ke arah wajahnya. Dia menjerit. Lalu tubuhnya menggelosor jatuh mencium lantai. Kali ini tak bergerak lagi. Pingsan.

Aku segera mengikat kaki dan tangannya menggunakan tali sepatuku.

Erangan Nina menyadarkanku. Kuhampiri gadis itu. Ia masih meringkuk di lantai sembari meringis memegangi pundaknya yang terluka.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun