"Na, gunakan ini," aku melepas syal yang melilit leherku dan membantu mengikat lukanya agar darah berhenti mengalir.
"Setelah ini, Na, pergilah sejauh-jauhnya. Jangan perlihatkan wajahmu lagi di hadapan kami. Juga jangan ganggu Rheinara dengan pikiran menjijikkan lagi. Biarkan ia sembuh dan hidup tenang bersama Nugie," bisikku. Nina menatapku. Matanya terlihat basah.
"Ran, jangan pedulikan aku. Segera selamatkan Alexa! Nugha mengurungnya di kamar atas. Cepat, Ran! Kamar itu telah dialiri gas beracun!"
Mendengar kata-kata Nina aku segera berlari ke lantai atas. Ada tiga kamar dalam keadaan terkunci. Aku mulai cemas. Di kamar mana Alexa disekap?
Â
***
Terdengar suara rintihan perlahan. Itu suara Alexa! Sekuat tenaga aku mendobrak pintu kamar yang terletak paling ujung. Sial. Pintu itu sama sekali tak bergerak. Wajahku mulai berkeringat. Bau gas kian menusuk.
Bertahanlah, Alexa!Â
Serta merta aku merogoh saku jaketku. Pistol Nugha! Tanpa pikir panjang lagi segera kumuntahkan pelurunya pada lubang kunci.
Dor!! Dor!! Dua kali tembakan membuat daun pintu hancur berkeping.
"Alexa!" aku berlari menemukannya. Ia terbujur pingsan di atas tempat tidur dengan kaki dan tangan terikat. Aku segera membopongnya keluar kamar.