Pipinya semakin memerah seperti buah persik yang meranum. Baru kali ini pulalah ia merasa menjadi perempuan. Segenap kegarangannya hilang ditelan litani. Pemuda itu memang telah menyayapinya dengan sanjungan sehingga ia seolah terbang ke negeri para dewa, keindahan yang tiada tara dihamparkan di depan matanya. Maharana yang bakal memporak-porandakan mereka besok mendadak lenyap benaknya. Cinta telah menyaput keresahan hatinya.
"Luka Anda bagaimana, Kapten Shang?"
"Jangan mengalihkan pembicaraan!"
"Tapi...."
"Hei, dahimu berjelaga!"
Shang Weng sporadis mengeluarkan saputangan dari saku seragamnya. Disekanya dahi dan kening Fa Mulan yang ditempeli jelaga arang. Fa Mulan termangu. Sesaat serupa arca. Mematung lama sampai pemuda yang diam-diam dicintainya itu selesai menyeka.
"Kamu berkelahi lagi, bukan?"
"Ti-tidak!"
"Jangan bohong! Tadi saya mengintip dari balik daun tenda. Pasti dengan Yao!"
"Kami sedang latihan kungfu."
"Kalau berdalih, coba cari alasan yang lebih tepat."