Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana (10)

3 April 2021   09:39 Diperbarui: 3 April 2021   09:49 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi novel Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana. (Inprnt.com)

"Seseorang dapat berubah. Beri dia kesempatan untuk sadar."

"Dia akan sadar kalau sudah ditundukkan."

"Dia tidak akan pernah sadar dengan semua kesalahannya jika dikasari dan disakiti. Boleh jadi malah Yao akan menyimpan dendam."

"Tapi kalau tidak...."

"Dendam dan benci tidak akan pernah berhenti bila dibalas dengan dendam dan benci. Namun sebaliknya, dendam dan benci dapat berakhir bila dibalas dengan cinta dan kasih."

"Anak itu tidak pernah mengenal yang namanya cinta dan kasih. Sikapnya bukan prajurit, tapi barbar."

"Untuk itulah Yao tidak saya kasari, Bao Ling. Bukannya saya mengalah, tapi saya hanya ingin menyadarkannya dengan pekerti. Menundukkannya dalam perkelahian bukanlah cara yang tepat dan efektif untuk menyadarkannya. Hal itu malah akan menambah runyam masalah. Saya masih berprinsip bahwa, lidah seorang pebijak lebih tajam ketimbang pedang dan tombak manapun."

"Jadi, kamu masih berusaha membujuknya supaya menjadi baik?"

"Itu kewajiban kita sebagai teman."

"Tapi anak itu tidak pernah menganggap kita sebagai teman."

"Untuk itulah menjadi tugas kita menyadarkannya."

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun