Mohon tunggu...
Dinda Aryani
Dinda Aryani Mohon Tunggu... -

I like reading, writing, imagining and listening to music

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepotong Cerita Cinta yang Hilang

29 April 2014   13:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:04 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Hei, apa yang kamu lakukan! Dasar cewek gi*@!”wanita itu ingin mengejarku.

“Sudah, sudah sayang. Biarkan saja. Kita kan mau jalan-jalan. Nanti mood kita rusak, lho!” Dika menahan wanita itu.

“Tapi, siapa dia?”

“Aku juga nggak tahu. Dia salah orang barangkali”

“Yuk ah masuk lagi. Aku mau mandi dulu ya, habis itu baru kita jalan-jalan” Dika berkata sambil mengedipkan mata pada wanita itu.

Aku meninggalkan rumah susun bertingkat itu. Aku berlari – berlari secepatnya menjauh sejauh mungkin. Bulir-bulir air bening mulai keluar dari kedua pelupuk mataku, mengalir di pipiku menganak sungai. Aku berlari ke arah taman. Di taman, aku terdiam, duduk di rumput. Hening tercipta. Kupandang langit yang kelabu. Mendung. Pertanda hujan akan turun. Bulir-bulir air bening masih ke luar, membasahi kedua pipiku. Wajahku menjadi sembab.

Tiba-tiba dari samping kananku, seseorang menyodorkan tisu untukku. Aku menoleh.

“Rio?” aku terlonjak.

Rio tersenyum.

Seketika, muncul dalam otakku, kejadian ini juga pernah aku alami di masa laluku. Saat ini, aku merasakan seperti de javu. Kilasan-kilasan kejadian masa laluku yang lainnya berkelebatan dalam otakku – dari mulai bertemu Dika, pacaran dengannya, patah hati dan ... Perlahan, aku mulai teringat. Teringat bagaimana saat kali pertama aku bertemu dengan Rio. Inilah. Ya inilah kali pertama aku bertemu dengannya. Saat itu, aku baru patah hati dari Dika, persis sekali saat memergoki Dika bersama wanita lain, lalu aku pergi ke halte, seseorang menyodorkan tisu padaku. Dan, seseorang itulah Rio. Di situlah awal kami dekat. Setelah itu, argh! aku tak ingat lagi!

Aku menerima tisu itu. Kutatap kedua bola mata Rio. Kedua mata yang teduh. Binarnya memancarkan aura kehangatan dan kasih sayang. Kami bersitatap sekejap mata berkedip. Setelahnya, aku tak mampu lama-lama menatapnya. Kualihkan pandanganku pada rerumputan. Aku terdiam. Aku membisu. Sunyi di antara kami. Hanya terdengar suara gemerisik angin sore yang meniup dedaunan dan para ilalang di taman, membuat mereka bergoyang-goyang. Suaranya begitu syahdu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun