Aku terkejut. Nafasku tersengal, dadaku terasa sesak saat melihat adegan itu, walau samar yang kulihat. Tiba-tiba muncul kilasan adegan seperti ini yang pernah ada di masa laluku dalam otakku – seperti diputar kembali. Namun, hanya sedikit yang kuingat. Aku membalikkan tubuhku. Si.. siapa wanita itu? batinku bertanya-tanya. Kedua mataku mulai berkaca-kaca.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Dika ke luar dari dalam kamar.
“Na.. Nayla?” Dika sedikit terkejut melihat keberadaanku.
“Si.. siapa wanita yang ada di dalam kamarmu?” tanyaku tanpa berani melihat wajahnya.
“Siapa sih sayang?” wanita itu muncul dari dalam kamar.
“Siapa kamu?” tanya wanita itu sinis
“Kamu siapa?” tanyaku balik sambil menatapnya tajam.
“Malah nanya balik! Aku pacarnya!”
Aku melongo sesaat. Sangat terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut wanita itu.
“Dika, kamu,” aku berkata sambil mencoba menahan emosiku yang sedari tadi sudah ingin meledak. Tapi, apalah dikata. Aku geram melihat itu semua.
Plak! Akhirnya telapak tanganku langsung mendarat di pipi Dika, lalu aku pergi meninggalkan mereka berdua.