“Bagaimana rasanya.”
“Sulit dikatakan Tih. Hanya bisa dirasakan. Tak sepadan kata-kata kita untuk melukiskan cinta.”
“Gung, benar katamu……. aku rasanya sedang jatuh cinta.”
“Bukannya sejak SMA kamu sudah punya itu?”
“Tidak Gung. Baru kali ini aku mengalami kegaguman, dan mungkin cinta, kepada laki-laki. Ia pemberani.”
“Oooohhhh…..”
“Benar Gung, tak terlukis dengan kata-kata.”
“Baru kali ini katamu?”
“Iya.”
“Dari dulu-dulu, bagaimana?”
“Aku juga heran. Ketika SMA banyak temanku yang berpasangan, pacaran, atau apalah namanya. Tapi tidak merasakan apa-apa. Aku berfikir aku ini normal apa tidak. Namun baru kali ini ada jawaban. Dadaku bergetar. Hati berdesir. Pikiranku tak tenang. Aku selalu ingat pada Pak Kamajaya. Apalagi ketika aku tahu bahwa beliau orang Majalengka juga.”