Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Satu Malam yang Mencekam

9 Mei 2020   16:48 Diperbarui: 9 Mei 2020   18:43 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Fan... Itu hal gaib. Mereka tak ada hubungan nya dengan dunia manusia. Abang pikir kita ini sudah berada jauh di zaman modern. Kita harus lebih berani dan membuang jauh ketakutanketakutan akan hal yang demikian. Bukankah manusia derajatnya lebih tinggi daripada mahluk lain? Akang memang sempat sangat khawatir.  Namun melihat mimik mukamu itu lho. Kamu terlihat sangat khawatir, makanya Abang bermaksud menantangmu dan membiarkanmu memimpin kegiatan. Nanti setelah selesai baru akan Abang ceritakan. Abang juga tak menyangka akan menjadi seperti ini."

"Kamu juga Ahmad... kalau jadi koorlap, jangan asa, jadi aja..." Siti meledek Ahmad yang mulai merasa menyesal.

"Iya, maaf  ya semuanya. Aku tak menyangka ternyata mahluk halus ingin ikut pengambilan syal juga. Ha ha..."  Ahmad masih bisa bercanda.

"Huus. Kalo ngomong jangan kemana aja!" Widi nyolot. Ia kesal dengan keputusan Ahmad mengambill tempat itu.

**

Pukul 08:00

Mobil truk besar datang menjemput. Semua peserta dan panitia pulang ke kota. Kegiatan pengambilan syal direncanakan ulang, dilaksanakan sekitar dua minggu kemudian. Sesuai dengan pesan Pembina, harus tanpa kemping. Untuk menghindari traumatik pada peserta dan menjaga kepercayaan orangtua siswa. Mereka tak akan mengizinkan anak-anaknya mengikuti kegiatan mengingat pengalaman malam ini cukup mengkhawatirkan.

Pukul 09:00 Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Meninggalkan cerita berkesan pengambilan Syal PMR yang tak terealisasikan dengan baik. Meninggalkan  masjid Cijoho, meninggalkan lapangan sepak bola dan rumpun bambu yang penuh misteri, meninggalkan tempat dimaan Widi, Tesha dan Husen melihat sosok yang tak seharusnya dilihat, meninggalkan kenangan kebersamaan saling bahu membahu menyelesaikan masalah, dan meninggalkan warga dan kakek tua yang sejak awal tidak setuju dengan kegiatan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun