Pukul 02:00
Lapangan bola tempat mereka mendirikan tenda-tenda gelap gulita. Agas mencoba mencari orang yang sebelumnya bertugas menjaga tenda. Ahmad, Joko dan dua orang rekannya.
"Ahmad... Joko...! Di mana kalian?"
Tak ada satupun jawaban yang terdengar. Agas mencoba mencari dengan cahaya seadanya. Tiba-tiba sorotan lampu senter menangkap sesuatu di bawah rumpun bambu, Ahmad, Joko dan kedua kawannya saling berpegangan tampak sangat ketakutan. Agas dan kedua rekannya segera bergegas mendekat.
"Ada apa ini? Kenapa kalian malah berdiam diri di sini?"
"Ssssssttt..." Ahmad memberi kode, Agar Agas dan yang lainnya tak usah terlalu berisik. Dahi Agas mengernyit, tidak mengerti. Tapi tak ada pilihan lain, ia menurut, diam.
"Matikan cahaya senternya!" Ahmad berbisik.
Kilatan petir menyambar, menimbulkan cahaya terang di malam hari. Agas dan kedua rekannya yang baru saja datang terbelalak, melihat semua tenda porak poranda. Semua rata dengan tanah.
"Kenapa begini?" Agas berbisik sangat pelan.
"Angin besar." Joko menjawab singkat.
"Itu sebabnya kalian berdiam diri di sini? Kenapa tidak turun? Agas masih tidak mengerti mengapa mereka bertahan di sana.