Terdapat sebuah legenda di kalangan suku Rejang yang menceritakan sebuah kisah tentang seorang pria bernama Si Pahit Lidah yang bertemu dengan sekelompok badak, dan salah satu telah menjadi batu yang sekarang disebut Batu Badak karena disihir. Masyarakat Rejang diduga memiliki budaya yang sama dengan masyarakat Mesir seperti yang akan dibahas setelah ini.
15) Anjing
Gambar 30. Anjing: (a) dan (b) Punt, Naville (1898); (c) Punt, Deir el-Bahari; (d) dan (e) ajag, anjing asli Asia Tenggara
Relief di Deir el-Bahari dan pecahan yang diilustrasikan oleh Naville memperlihatkan anjing-anjing lokal Tanah Punt yang berkeliaran di sekitar rumah dan kebun atau sedang dipandu. Tulisan pada prasasti menjelaskan bahwa anjing adalah produk dari Tanah Punt.
Ajag (Cuon alpinus javanicus atau Cuon alpinus sumatrensis) yang juga dikenal sebagai anjing liar Asia adalah sejenis canid yang asli di Asia Tenggara. Spesies ini terdapat di Sumatera dan Jawa, mendiami terutama di daerah pegunungan dan hutan. Berukuran sedang dengan bulu coklat kemerahan, dan berwarna cemerlang di sepanjang leher bagian bawah dari bawah dagu sampai ke ujung depan perut. Ekornya panjang dan lebat dengan bulu kehitaman.
Peter Savolainen dari KTH Royal Institute of Technology di Swedia (2015) dan Ya-Ping Zhang dari Kunming Institute of Zoology di Tiongkok (2015) menunjukkan bahwa manusia pertama kali menjinakkan anjing di Asia Tenggara 33.000 tahun yang lalu, dan bahwa sekitar 15.000 tahun yang lalu subset nenek moyang anjing mulai bermigrasi ke Timur Tengah dan Afrika. Penyebarannya mungkin terinspirasi oleh persahabatannya dengan manusia, tetapi mungkin juga secara mandiri. Salah satu faktor pendorongnya mungkin adalah mencairnya gletser, yang dimulai sekitar 19.000 tahun yang lalu. Tidak sampai 5.000 tahun setelah pertama kali menyebar di Asia Tenggara, anjing diduga telah mencapai Eropa. Sebelum akhirnya menyebar ke Amerika, salah satu kelompok yang di Asia melakukan perkawinan silang dengan yang telah bermigrasi ke Tiongkok utara.
16) Macan tutul
Gambar 31. Macan tutul: (a) kulit, Mariette (1877); (b) Punt, Naville (1898); (c) Sumatera; (d) Kalimantan; (e) Jawa
Tulisan pada prasasti di Deir el-Bahari menjelaskan bahwa kulit macan tutul adalah produk dari Tanah Punt. Yang tertulis ånemu nu åbyu (Naville, 1898) umumnya diterjemahkan sebagai "kulit macan". Pada relief terlihat tumpukan kulit macan yang oleh Mariette dan Duemichen diilustrasikan sebagai jenis yang bertutul tapi Naville tidak. Sebuah pecahan yang diilustrasikan oleh Naville memperlihatkan seekor macan sedang mengaum di Tanah Punt.
Macan tutul (Neofelis nebulosa) terdapat di kaki pegunungan Himalaya, Asia Tenggara dan Tiongkok. Macan tutul Sunda (Neofelis diardi) terdapat di Sumatera dan Kalimantan yang secara genetik berbeda dan telah dianggap sebagai spesies yang berbeda sejak tahun 2006.
Macan tutul Jawa (Panthera pardus melas) adalah subspesies macan tutul yang hanya terdapat di Jawa, memiliki bentuk kepala yang berbeda dengan sekutunya di Asia, dan merupakan takson yang berbeda yang memisahkan diri dari macan tutul Asia lainnya semenjak ratusan ribu tahun yang lalu.
Macan tutul Sunda adalah kucing terbesar yang terdapat di Kalimantan, dan memiliki tubuh yang kekar. Ekornya bisa tumbuh menjadi sepanjang tubuhnya, untuk membantu keseimbangan. Kulitnya ditandai dengan bentuk yang tidak teratur, oval bermata gelap yang menyerupai awan, sehingga namanya juga disebut sebagai "macan berawan" (clouded leopard).