Nama tetua Punt, Parehu adalah nama khas Enggano. Modigliani (1894) telah menyebutkan banyak nama pria Enggano yang mirip, seperti Paraúha, PurÃhio, Pachèhu, Paradúa, Pahobèio dan lain-lain yang dimulai dengan Pa. Sementara nama istrinya, Ati, penulis berpendapat bahwa itu adalah nama panggilan dan nama lengkapnya tidak diketahui. Ati serta yang serupa seperti Eti, Ita, Yati, Tati dan Tuti adalah nama-nama panggilan yang sangat umum di Nusantara.
Gambar 41. Paraúha, seorang pria Enggano (Modigliani, 1894)
23) Pakain bawahan wanita
Gambar 42. Bawahan: (a) Punt, Naville (1898); (b) Punt, Deir el-Bahari; (c) Enggano, Modigliani (1894); Â (d) Enggano, Rijksmuseum; (e) dan (f) wanita Enggano mengenakan bawahan masing-masing untuk perayaan dan berkabung (Modigliani, 1894); (g) pada sebuah lukisan tahun 1855
Istri tetua Punt mengenakan kemeja didalam adegan penawaran barter tetapi tidak sewaktu pertemuan pertama. Kemeja tersebut diduga merupakan hadiah dari utusan Mesir. Pakaian bawahannya rupanya sebuah rumbai, seperti yang saat ini masih dipakai oleh penduduk Kepulauan Halang (Simeulue, Nias, Mentawai, Pagai dan Enggano), yang digambarkan sebagai kain transparan dalam seni lukis Mesir. Putrinya juga memakai bawahan dengan jenis yang sama. Modigliani (1894) menjelaskan bahwa pakaian bawahan wanita Enggano terbuat dari manik-manik kaca yang digantung pada ujung serat tanaman tipis yang menggantung turun dari sabuk yang terbuat dari anyaman rotan, diikat kedua ujungnya ke belakang dengan tali dan kemudian disisipkan kedalam untuk menyembunyikannya. Diatasnya biasanya dikenakan sabuk yang dilingkarkan kearah dada; dan juga terbuat dari anyaman rotan dan serat tanaman.
24) Ikat kepala wanita
Gambar 43. Ikat kepala wanita: (a) Punt, Mariette (1877); (b) Punt, Deir el-Bahari; (c) dan (d) Enggano, Rijksmuseum; (d) Mentawai
Rambut istri tetua Tanah Punt, seperti halnya putrinya, diikat dengan ikat kepala sampai ke alis. Di Enggano, ikat kepala dibuat dan dipakai oleh wanita dewasa dan para dukun. Nama generik ikat kepala ini adalah tali (Rijksmuseum). Para dukun dalam kehidupan sehari-harinya dikenali dengan, antara lain mengenakan tali (Kruyt, 1938). Sampai awal abad ke-20, pakaian dan aksesoris dari kulit kayu dikenakan sebagai pakaian sehari-hari (tak berdandan) dan dalam perayaan (berdandan). Setelah dikenal kain tenun, pakaian dari kulit kayu tidak dikenakan lagi. Pakaian dan aksesoris yang dihiasi dengan kulit kayu masih dikenakan pada awal abad ke-20 saat perayaan (Rijksmuseum).
25) Hiasan kepala pria
Gambar 44. Hiasan kepala pria: (a) dan (b) Punt, Mariette (1877); (c) – (e) Enggano, Modigliani (1894); (f) – (j) Enggano, Rijksmuseum
Ikat kepala pria Tanah Punt adalah mengelilingi kepala diatas alis dan mengikatnya di belakang. Jenis lain adalah ikat kepala yang dilengkapi dengan topi yang mencuat ke atas dan melengkung pada ujungnya.