Dari balik pintu kulihat anak burung kertas mengintip dari atas bangku kayu. Ia meneriakiku, "Sekarang Ibu siapa yang pergi dan tidak mungkin kembali lagi?"
Andai saja aku bisa melepas ikatan ini, akan kubakar anak burung kertas itu. Agar ia tak mengoceh sembarangan, juga orang-orang di rumah ini yang tak henti mengumbar kebebalan Ibuku. Hanya Mbok Darmi yang akan kubiarkan hidup dan kuletakkan di atas pohon untuk melindungi anak-anak burung yang ditinggalkan Ibunya, atau anak-anak yang dilahirkan tanpa pernah diharapkan oleh orang tua mereka.
***
Cerpen ini pernah saya bukukan dalam Kumcer Iblis Setengah Malaikat (Jentera Pustaka)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!