"Hai..."
Hawa dingin menyergap. Aku merinding, terkencing.
"Aku Miranda. Terima kasih telah membelaku."
Aku menggelengkan kepala, menutup mulut dengan kedua tanganku.
"Jangan...jangan bunuh aku..."
Miranda terbahak.
"Alam pikirmu telah dikuasai oleh dongeng-dongeng buatan Ibumu. Aku tak akan pernah bisa membunuh siapapun, bahkan menyentuh sehelai rambutmu saja tak mampu kulakukan."
"Pagi tadi Pak Sardi mati. Pasti karena ulahmu."
"Hahaha...Pak Sardi mati karena mengalami masalah pada jantungnya. Lagi pula bukan aku yang mengatur hidup mati seseorang."
"Lalu bagaimana aku bisa melihatmu? Dan apakah kisah tentangmu itu benar adanya?"
"Aku hanya bisa terlihat oleh orang-orang yang murni hatinya juga orang-orang yang hendak mati. Mengenai kisahku, hampir seluruhnya benar. Hanya saja aku tak pernah jahat seperti dongeng Ibumu."