Â
Representasi seksualitas Larasati lainnya dapat dilihat dari pergaulannya dengan para pemimpin Jepang. Salah satunya adalah Saburo Saka, seorang Letnan Kolonel Angkatan Laut Jepang. Ia memperoleh banyak harta dan pengalaman yang menjadikan dirinya istimewa dibandingkan dengan perempuan lainnya.
Â
 ... Apa saja yang tak diterimanya dari dia: dari karung beras sampai gelang jambrut buatan Tiongkok dan cincin delima buatan Birma! Dan sjimizu: dari kimono sutra komplet dengan bakiak dan kipasnya sampai penyerbuan Jepang ke Australia! Ah, itu serdadu manja kalau menang perang sekali saja! Kemenanganku.
Â
Lebih banyak dari padanya. Aku pernah menguasai ia karena aku tidak seperti perempuan-perempuan lain -- aku tidak pernah beranak. Mungkin ada satu kemenangan padaku: kelebihan yang dikaruniakan Tuhan. Kelebihan daripada yang lain-lain kewanitan sejati dan opsir-opir revolusi itu ...Sartono, Sardjono, Hassan Basri, Gultom... Ia tersenyum tak nyata - begitu muda, begitu belum berpengalaman, lebih banyak petengteng-petengteng mau mendapatkan hatinya, tubuhnya! (hlm. 5-6) Â Â Â
Â
"Keistimewaan" yang Larasati ungkap dari kutipan di atas tidak ditunjukkan pada fisiknya, akan tetapi Larasati merasa "istimewa" karena ia dapat menaklukan laki-laki melalui seksualitasnya. Ia menyindir kemenangan yang diperoleh serdadu Jepang yang ia panggil sebagai serdadu manja dan ia bandingkan dengan kemenangan dirinya yang berulang ketika beraktivitas seks bersamanya. Larasati pun memberikan penegasan terhadap dirinya sebagai perempuan sejati, perempuan yang memilki aktivitas seks yang kuat dan hebat sebagai antonim dari laki-laki sejati. Melalui tubuhnyalah, Larasati mampu menyuarakan pembebasan dirinya dan mengeksplorasi seksualitasnya sesuai dengan keinginannya. Mengenai hal ini, Faderman dalam Aminuddin mengungkapkan bahwa:
Â
Perempuan bebas mengeksplorasi atau menemukan seksualitasnya sendiri sebagai nama yang mereka impikan. Sebebas dan semandiri  apa pun perempuan, bila tidak dapat menikmati seksualitas dirinya, mereka tidak akan menemukan kebebasan yang sebenarnya.
Â