"Segala-galanya."
"Menghancurkan atau dihancurkan?"
"Aku bilang, kita tutup pokok tak menyenangkan ini."
Ia ambil tangan Larasati dan diciumnya. Dan bintang film itu tertawa dalam hatinya. Kadal ini tak begitu cerdik, pikir Larasati anak yang baru kemarin jadi announcer, sekarang mau merajai seluruh dunia film, cuma karena semua tenaga telah menyingkir ke pedalaman.
"Kau tak bersuami kukan?" Mardjohan meneruskan.
"Itu tidak penting."
"Jadi setuju kau bersekutu?"
"Sekutu macam apa kau ini?" bintang film itu yakin, tanpa bantuan siapa pun Mardjohan takan bakal jadi apa-apa.
"Kau orang berani, Ara," sekarang ia rangkulkan tangannya pada bahu Ara. (hlm. 38)
Â
Sejak awal pertemuannya kembali Larasati dengan Mardjohan, Larasati sudah menangkap perilaku dan niat buruk Mardjohan terhadap dirinya. Pergaulan Larasati yang luas membuat dirinya mengerti bahwa Mardjohan ingin memanfaatkan profesinya, ketika Mardjonah mengajak Larasati bersekutu atau proyek film terbarunya Larasati menolak dan tidak ingin bekerja sama dengan pengkhianat bangsa. Dalam persepektif Larasati, Mardjohan bukanlah siapa-siapa. Walaupun Mardjohan telah menjadi produser dan sutradara, Larasati tetap menganggapnya rendah sebagai pengkhianat bangsa.