Mohon tunggu...
Cika
Cika Mohon Tunggu... Tutor - ...

No me gusta estar triste . Pecinta "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" #WARKOP DKI . Suka menjadi pekerja tanpa melewati titik kodrat wanita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Drama Karma Mama

16 April 2020   09:57 Diperbarui: 16 April 2020   16:44 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3 September 1999, Rudi melepaskan Shinta dan menikah dengan anak Bukde Tika.

Tak ada tawa, tak ada bahagia. Wajah Shinta yang menangis memerah telah terpatri di ingatan Rudi. Bahkan sampai pada akhirnya Rudi berhubungan badan dengan anak Bukde Tika ini, Shinta mengisi di dalamnya. Hanya Shinta yang dapat membuat Rudi kelojotan. Hanya Shinta yang bisa membuat Rudi tertawa terbahak-bahak.

*

Shin, tidurmu lelap sekali. Aku ada meeting pagi, maaf aku duluan ya sayang, kamu kalau mau stay, silakan. Nanti siang setelah meeting aku temui lagi di sini. Oiya, ada amplop di laci, buat kamu dan ibu ya.

Shinta ambil amplo coklatnya, selembar cek bertuliskan seratus juta rupiah.
Hah, gila si Rudi buat apa seratus juta.Bodo amat deh, uang ini bisa aku pakai untuk beli oleh-oleh besok ke Bali.

Tepat saat matahari di atas ubun-ubun, Shinta telah sampai di Bandara I Gusti Ngurah Rai. Bandara pertama juga tempat yang pertama kali Shinta singgahi.

Shinta buka aplikasi GoKil, Go Keliling. Dia ketik di kolom tujuan, Stones Hotel.

Selang berapa lama, driver yang ditunggu telah datang.
"Bu Shinta ya, bu saya sudah sampai di titik"

"Oke, saya tunggu di gate 3 bawa koper Abu dan baju putih serta rok batik ya"

"Siap..."

Bang Jali namanya, kelak dia yang menemani Shinta keliling Bali sampai akhirnya malah ikut pulang ke Betawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun