Aku tak bisa berkata apa-apa. Saat ini telingaku yang aku gunakan, mulut kubiarkan terkunci. Aku tahu Bu Shinta sedang meluapkan masa lalunya. Yang membuat dia menjadi pribadi menyeramkan, yang terlalu merasa hidupnya bisa sendiri dan tak perlu lelaki dalm hidupnya. Kecuali Bang Jali yang sampai saat ini selalu rutin datang ke rumah untuk sekedar memperbaiki dan mempercantik rumah Bu Shinta atau sekadar mengantar nenek dan Bu Shinta jalan-jalan keliling Jakarta.
"Lihat perempuan itu Kasih. Dia menjadi pesakitan. Dia menutupi lukanya dengan tawa, dia pendam segala rasa sakitnya dan dia tumpahkan padaku bertahun-tahun. Seandainya dia tidak bercerai pasti aku sudah menikah dengan Rudi. Pasti aku tetap menjadi Shinta yang menyenangkan, pasti aku masih bahagia. Karena dia aku begini. Dia tak becus jadi perempuan. Pantas saja bapak pergi, mana ada laki-laki yang dibiarkan melayani diri sendiri, apa-apa dilakukannya sendiri. Bukan karena kesal dengan omah dan opah, tapi dia tak bisa menjadi perempuan yang layak untuk disebut istri."
"Dasar anak setan kamu Shinta. Ibu menyesal punya anak kamu"
Tuhan, pertunjukkan macam apa ini. Kenapa semua menjadi begini. Rupanya di balik bahagia bertahun-tahun ada luka yang sulit mengering. Ada kesalahan yang masih dipersalahkan. Ada pengakuan yang masih diperdebatkan.
"Persetan sama ibu. Kasih, aku tak ijinkan kamu menikah. Kau boleh manfaatkan pacarmu, habiskan saja uangnya, hancurkan saja hidupnya. Jangan kau biarkan satu laki-lakipun bahagia. Tolol kamu ini. Mukamu cantik kenapa harus cari laki-laki yang baru selesai kuliah dengan gaji tak seberapa hah?"
"Mama...."
"Apa, kau mau bilang apa?"
"Aku seperti tak mengenalmu. Kesantunanmu mendadak hilang. Aku sedih"
"Alah, kau sendiri penyebabnya. Sudah sudah, sana kamu pergi. Ingat kau bisa gaet banyak laki-laki kaya raya. Kau hancurkan mereka semua seperti yang sudah dilakukan Opah dan Pak Sigit."
Aku palingkan mukaku ke arah Nenek. Ada rasa yang tak terjemahkan dari raut muka nenek. Aku berlari kearahnya.
"Kasih, kamu harus percaya kebaikan. Dulu Nenek pernah menyangsikannya. Percayalah Tuhan Maha Baik. Cara Tuhan berbeda-beda."
"Maksud nenek?"
"Kau tahu, bahwa Pak Sigit pada akhirnya bangkrut, mengakhiri hidupnya di penjara karena kebiasaan berjudi yang tak bisa dihilangkan. Tuhan menyelamatkan nenek. Sekalipun nanti kau harus menikah tidak sekali. Bukan berarti buruk. Ketahuilah bahwa rencana Tuhan selalu baik."