Dulu di amphiteater, Rudi sengaja memanggil Shinta. Sebagai ketua laboratorium, Rudi punya kunci cadangan semua ruangan di Gedung Amphiteater dan Laboratorium yang terletak pada satu Gedung, yaitu Gedung C Universitas Wijaya Kasih.
Dulu belum diletakkan CCTV, maka Rudi bebas menggauli Shinta.Â
"Aku janji Shin, aku akan bertanggung jawab. Kau adalah perempuanku, tak boleh ada satu laki-lakipun menyentuhmu."
Shinta selalu ingat janji Rudi. Setiap hari Rudi ada untuk Shinta. Puluhan bahkan mungkin ratusan kali, Rudi menggagahi Shinta dengan alasan suka sama suka. Rudi pintar mengatur waktu.
Hingga sampai akhirnya mereka wisuda pun, perbuatan bejat mereka aman terkendali.
Pihak kampus tidak tahu bila Amphitheater adalah hotel sewaan Shinta dan Rudi selama empat tahun mereka merajut kasih.
Pak Sigit dan Bu Tina sebagai orang tua Shinta pun tak pernah tahu bila Shinta sudah tidak bisa menjaga keperawanannya.Â
Pak Sigit yang sudah sibuk dengan keluarga barunya, hanya transfer uang setiap bulan untuk keperluan Shinta. Uangnya memang besar, kata Pak Sigit sebagai uang tebusan karena Shinta marah dengan perceraian Ibu dan Bapaknya, karena marah dengan perselingkuhan Pak Sigit dan Tante Hana.
Semenjak itu kebersamaan dengan Rudi menjadi alasan bagi Shinta bila Bu Tina mulai komplain. Shinta malas mendengar Bu Tina marah-marah, kesal bahkan seringkali kekesalannya dilemparkan ke Shinta yang tidak tahu menahu.
"Dasar anak setan kamu Shin, tengah malam baru pulang. Mau jadi apa kamu? Lonte?"
"Bu...ini Shinta, anak ibu. Tega sekali ibu katakan Shinta anak setan. Ibu boleh benci Bapak tapi tidak boleh benci Shinta bu. Kalau memang ibu keberatan Shinta pulang malam, kan bisa bicara baik-baik Bu."