"Nenek merasa baik-baik saja?"
"Iya, Tuhan ciptakan persimpangan, Tuhan ciptakan persinggahan tentu tidak asal-asalana. Ada tujuan di situ. Percayalah nak. Nenek doakan yang terbaik.
"Terima kasih Nek. Akan aku hentikan tali murka Bu Shinta. Akan kurajut dengan keindahan, seandainya keindahan akan berujung sendu, biarkan aku mengadu padaNya."
Ting tong...
Wangi Montblanc Legend, kembali melucuti ingatan Bu Shinta.
"Selamat pagi bu, saya Hardi. Kasih ada bu?"
Aku segera turun, tak akan kubiarkan Hardi menunggu. Kuhentikan langkahku. Nenek menangis dan mendekap erat Hardi lalu persis di sudut jendela, kulihat Bu Shinta menatap tajam Hardi.
"Ada apa ini?"
"Kau mengenal mama dan nenekku?"
"Tidak, hatiku yang menggiringku untuk mengenalnya. Mereka mama dan nenekku."
"Hardi ini sangat tidak lucu. Maksudmu karena kau akan mengawiniku maka mereka menjadi orang tuamu, begitu kan?"
"Tidak, bukan begitu'"
"Kasih, tiga bulan setelah Rudi menikah, aku baru mengetahui kehamilanku. Rudi sulit untuk aku temui dan orang tuanya menolak kehadiranku dan anak dalam perutku."