Karena Dia adalah manusia yang lahir hanya dari wanita, dan dengan demikian dianggap sebagai manusia tipe baru dan bukan jenis dalam garis keturunan Adam, maka Dia tidaklah mewarisi nature dosa dari Adam dan bisa memulai hidupNya sebagai manusia baru. Itu adalah suatu FRESH START.
Bila Taman Eden adalah tempat dimana sang anak manusia Adam tidak taat kepada Allah dan takluk kepada selfish gene-nya sendiri. Taman Getsemani adalah antigarden atau inverted garden dari Eden. Di Getsemani, sang Anak Manusia yang lain (Yesus) melawan seluruh nature kemanusiaanNya untuk tetap taat kepada Bapa di sorga. Begitu kerasnya, sehinggal Injil melukiskan: keringatNya menetes bagaikan tetes-tetes darah.
Bila Adam adalah manusia yang telah diangkat sebagai ‘Lord’ atas bumi tetapi ingin menjadi ‘God’; maka kebalikannya: Yesus adalah sang Kalimat Allah (God) yang karena kasihNya rela untuk nuzul dan menjadi sama dengan manusia (Lord).
‘Lord’ yang pertama (Adam) telah gagal dan kehilangan mahkota kekuasaannya oleh maut, maka ‘Lord’ yang kedua (Yesus) tidak boleh gagal – atau seluruh manusia akan masuk ke dalam kebinasaan (dunia tanpa Allah) selama-lamanya karena diadili oleh hukum dosa.
Dia yang tidak berdosa kini harus merasakan dosa: keterpisahan dengan sang Bapa dan menjadi kutuk – sesuatu yang tidak pernah Dia alami dari selama-lamanya sampai selama-lamanya. Sebab pedang yang menyala-nyala itu – hukum dosa dan maut – hanya bisa berfungsi untuk mengadili manusia ketika manusia itu terpisah dari Allah. Yesus harus merasakan ujian hukum dosa dan maut ketika Dia harus terpisah dari Allah Bapa. Inilah teriakan Yesus:
“…Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat 27.46).
Ketika seluruh manusia telah ditebus oleh Yesus, maka pedang itu – pengadilan dosa dan maut – tidak memiliki kuasa lagi atas manusia (lihat 1Kor 15.55; Hosea 13.14) karena hukum itu telah terbukti salah terhadap seorang manusia bernama Yesus. Namun semua manusia masih tetap akan diadili, tetapi kini diadili oleh pengadilan Yesus – persis seperti apa yang dikatakanNya:
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14.6).
Dialah jalan lurus satu-satunya bagi manusia kepada Allah (God the Father). Dan satu-satunya jalan kepada Bapa: adalah melalui pengadilanNya atas semua umat manusia dan agama ataupun tidak beragama. Juga sebagai sang Pengantara bagi orang-orang yang dipilihNya untuk menerima aliran energy kehidupan dari Bapa yang mengalir melalui diriNya kepada manusia yang mau menerimaNya.
Yesus berkata:
"Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak" (Yohanes 5.22)