Yesus telah menebus manusia dari nature keberdosaannya, dari nature selfish gene nya yang jahat itu, dengan menjadi teladan dan rujukan bagi semua manusia untuk mampu mengimplementasikan apa yang diimpikan oleh Dawkins: human super niceness.
.
‘The Dance of God’ - Tarian Ilahiah Tuhan Semesta Alam.
Di dalam seluruh Injil, Yesus mengajarkan bahwa karakter KASIH seperti diriNya itulah syarat karakter dari setiap manusia yang mau hidup di ‘dunia yang baru’ – The inverted kingdom (istilah Alkitabnya adalah ‘Kerajaan Sorga’ – suatu tempat dimana Sang Sumber Kebenaran dan Kasih Absolut (God the Father: GOD/Allah) itu HADIR dan Raja di atas segala raja (God the Son: LORD/Rabb) menjadi Penguasa yang ditetapkanNya atas semesta alam).
Hanya manusia-manusia dengan frekuensi karakter seperti Yesus-lah sang Raja itu, yang pada akhirnya bisa hidup dalam PERSEKUTUAN KUDUS dan kegembiraan selama-lamaNya dengan sang Bapa di suatu tempat yang baru, entah dimana dan entah kapan, yang disebut Alkitab sebagai ‘sorga.’
Inilah saatnya dimana manusia ikut ‘menari’ dalam TARIAN ILAHI bersama Allah Trinitas yang sudah lebih dulu menari di dalam unity in diversity diriNya sendiri (perichoresis). Kebersatuan dalam keberagaman – dan bukannya unity without diversity: yaitu dunia yang tidak menghargai keindahan dari keberagaman. Dunia hanya satu warna. Dunia yang membosankan (neraka); ataupun dunia diversity without unity: dunia terfragmentasi tanpa penyatuan. Dunia serba-boleh tanpa moral absolut. Dunia tanpa suluh penerang. Dunia hancur-lebur (neraka).
Apabila Dawkins mengatakan bahwa manusia menari mengikuti iringan music dari DNA-nya sendiri yang tidak pedulian dan buta di dalam dunia tanpa Allah (neraka):
“DNA neither cares nor knows. DNA just is. And we dance to its music.” (Dawkins).
Maka disini, di dalam Kerajaan Allah, manusia menari mengikuti frekuensi musik dari tarian Ilahi Allah Trinitas yang saling memuliakan dan saling memberi (sorga); THE DANCE OF GOD - The Divine Dance:
“Each of the divine persons centers upon the others. None demands that the others revolve around him. Each voluntarily circles the other two, pouring love, delight, and adoration into them. Each person of the Trinity loves, adores, defers to, and rejoices in the others. That creates a dynamic, pulsating dance of joy and love.” (Tim Keller).
Inilah sebabnya mengapa dosa begitu mengerikan. Karena karakter dosa beroposisi sempurna terhadap karakter Allah (Trinity). Sebab Selfish-gene – selfish love – self centeredness – Tanha (nafsu, kedagingan) ataupun ke-berpusat-an pada diri-sendiri, membuat manusia tidak akan bisa ‘menari’ bersama “Allah yang menari di dalam kebersatuan diriNya” (Trinity – Perichoresis). Dosa yang serakah menuntut manusia untuk menjadi statis – tidak dinamis. Gen serakahnya menginginkan dia menjadi pusat sedangkan orang-orang lain menari berputar mengelilingi dan melayaninya.
Di dalam KARAKTER ALLAH TRINITAS tidak ada satupun dari 3 Pribadi Ilahiah itu yang diam menjadi pusat. Pribadi-Pribadi itu saling berputar, mengelilingi, saling memberi dan melayani, mengasihi satu dengan yang lain. Seperti suatu tarian yang indah tetapi padu – Tarian Ilahi. Ini seperti musik simfoni. Ini adalah harmoni. Allah Trinitas adalah satu-satunya yang bisa menjadi pusat tanpa membuat diriNya menjadi pusat.
Oleh karena itulah dari dalam DiriNya bisa muncul kemurahan, cinta, keadilan, kekudusan, kesetiaan, saling mengasihi, saling memberi – kesatuan dalam keberagaman. PRIBADI. Itu adalah karakter intrinsic DiriNya sendiri – yaitu suatu karakter yang hanya mungkin ada secara abadi, bila Allah adalah Trinitas. Allah yang Maha-dahsyat adalah Allah yang memiliki pribadi tetapi Dia tidak bisa semena-mena oleh karena kedahsyatanNya itu, karena Dia adalah Trinitas.