“Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.” (Matius 13.12)
Dengan kata lain, ‘hukum alam’ di dalam Kerajaan Sorga, seperti kesombongan tidaklah mendapatkan tempat melainkan kerendahan hati; keserakahan tidak akan mendapat penghargaan melainkan kemurahan hati; kejujuran akan dinilai sangat tinggi dan kebohongan akan dicampakkan. Kebencian dan kejahatan tidak akan tumbuh, melainkan perbuatan kasih.
.
Salib dan diri Kristus: Titik-balik dari ‘The Great Reversal’ Semesta Alam
Penyaliban Kristus saya sebut sebagai titik-balik semesta. Mengapa saya sebut titik-balik? Karena bila dosa adalah “yang hina ingin menjadi Yang Maha”; maka keselamatan salib Kristus adalah titik dimana “Yang Maha menjadi yang hina.” Sebab tidak ada yang lebih hina lagi bagi Yang Maha-mulia, selain mati disalibkan bagai seorang penjahat, tetapi pada saat yang sama menolak untuk melakukan pembalasan. Kejahatan, pengkhianatan, rasa sakit, kepahitan, semua berakhir di badan yang tergantung itu. Terserap habis dalam pengampunan. Dan tidak memiliki kuasa lagi untuk terus menjalar sampai kepada ke-abadi-an.
DENGARKAN kata-kata dari John R.W. Stott berikut ini yang menggmbarkan APA ITU KEKRISTENAN dengan sangat baik, seperti apa yang diajarkan dan dilakukan oleh Yesus sendiri – ini adalah merupakan intisari dari seluruh argumentasi kitab-kitab (Taurat, Zabur Amsal, Injil, dll) yang ada dalam Alkitab – selama 1500 tahun pewahyuannya – THE GREAT REVERSAL melalui penebusan diri Kristus (the ultimate point of reversal):
“The essence of SIN is we human beings substituting ourselves for God (Adam), while the essence of SALVATION is God substituting himself for us (Jesus).
We…put ourselves where only God deserves to be; God…puts himself where we deserve to be.”
(John Stott. ‘The Cross of Christ’ – kata dalam kurung ditambahkan oleh penulis).
Lalu apa hasil dari the inverted kingdom dengan inverted character yang ditawarkan Yesus? Human super niceness – yaitu karakter yang juga diinginkan oleh seorang manusia bernama Richard Dawkins. Lihatlah hasil konsekuensi logis dan konsisten tetapi PARADOX dari apa yang Yesus ajarkan:
Bahwa kita akan mendapat justru dengan memberi; kita akan ditinggikan justru dengan merendahkan diri; kita dilayani justru dengan melayani; kita disuruh untuk cerdik seperti ular tetapi harus tulus seperti merpati; kita akan menjadi yang terbesar justru dengan menjadi yang terkecil; di dalam kelemahan justru kita mendapatkan kekuatan; kita diajarkan: kasihilah bahkan yang membenci kamu; kita menghidupi hidup yang baru justru harus melalui kematian dari hidup yang lama; ataupun, kita mengasihi Allah justru dengan mengasihi manusia dan kita mampu mengasihi manusia justru dengan mengasihi Allah.
Daftar di atas adalah karakter-karakter yang ditertawakan oleh kerajaan dunia. Persis seperti yang dikatakan oleh penulis W.H. Auden ketika bertobat menjadi Kristen – seperti dituliskan oleh Tim Keller:
What happened? In his account of his spiritual renewal he observed that the novelty and shock of the Nazis in the 1940s was that they made no pretense of believing in justice and liberty for all – they attacked Christianity on the grounds that “to love one's neighbor as oneself was a command fit only for effeminate weaklings.” (W.H. Auden)