Mohon tunggu...
Baladewa Arjuna
Baladewa Arjuna Mohon Tunggu... -

Think....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

‘Jesus for Atheists’ (3)

2 Januari 2016   19:40 Diperbarui: 3 Januari 2016   19:58 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Before God created the world, when there was only one divine person, there was no lover, because love can exist only in a relationship. (Tim Keller)

Oleh karena itu, bila Dia adalah Unipersonal, maka Dia mungkin saja Tuhan yang Mahakuasa tetapi tidak mungkin Maha-pengasih dan Maha-penyayang. Ia adalah Allah yang bisa saja menjelma menjadi kekuatan (force) semena-mena dengan ke-Mahakuasaan-Nya yang tanpa kendali – sebab nature KASIH yang mengimbangi kekuatanNya tidak dimilikiNya secara intrinsik.

Tidak ada landasan bagi moral super niceness dalam karakter Allah yang seperti itu, dan dengan demikian tidak ada harapan bagi manusia bila ada suatu kekuatan yang Maha-dahsyat dan tak dapat dilawan, namun tidak memiliki rasa kasih yang menjadi pengendali dari kekuatanNya sendiri yang begitu mengerikan. Dia adalah kekuatan yang bisa menjadi semena-mena. Sebab suatu kekejaman yang mengerikan mungkin saja bisa dipandang sebagai moralitas yang baik dan wajib dijalankan oleh orang-orang yang memujaNya, bila memang ke-Mahakuasa-anNya memutuskan hal itu sebagai ‘BAIK.’

Oleh karena itu, hanya nature Kasih dan Adil di dalam DiriNya-lah yang bisa membatasi ke-Mahakuasaan-Nya yang dahsyat itu, sehingga Dia bisa konsisten – taat azas (bahasa Alkitabnya ‘Setia’), sehingga kita bisa menyandarkan diri kita pada semua kata-kata dan janjiNya dan bisa mempercayaiNya bahwa Dia tidak akan pernah bertindak semena-mena dengan kedahsyatan kuasaNya itu.

It is the nature of love to bind itself …“ (G.K. Chesterton).

JADI, apabila ketiadaan Tuhan ataupun keberadaan Tuhan unipersonal seperti diuraikan di atas, gagal memberikan landasan kokoh atas moralitas sebagai syarat utama adanya human super niceness, maka sekarang kita akan melihat apa yang diajarkan oleh Yesus berikut ini:

Bila TUHAN ADALAH TRINITAS – yang di dalam wujudNya yang Esa memiliki shared-love, bukan Self-love yang narsistik – karena ada 3 Pribadi yang ada sejak kekekalan, saling mengasihi dan saling berbagi satu dengan yang lain – sehingga sifat Maha-pengasih dan Maha-penyayang ada secara intrinsic di dalam DiriNya sendiri sejak kekal sampai kekal (ontologically). Suatu tarian Ilahi. Maka kita mendapatkan landasan moralitas yang teguh – legal standing – mengapa moral super niceness seperti Yesus bisa dan patut dilakukan.

Pengorbanan Yesus di kayu salib, bukan hanya memenuhi seluruh argumentasi, nubuat dan theology para nabi Yahudi yang hidup ratusan dan ribuan tahun sebelumnya di zaman yang berbeda-beda, tetapi juga memberi-tahu kepada seluruh manusia bahwa Allah mengasihi manusia yang telah jatuh ke dalam dosa ini, bahkan ketika manusia masih berdosa (kasih yang mendahului – Roma 5.8). Sebab pengorbanan adalah inti dan bukti terdalam dari adanya kasih yang sejati.

Sebaliknya, dosa adalah self love: yaitu selfish gene yang mengasihi dirinya sendiri sehingga ingin menjadi pusat (self centeredness) dan orang-orang lain harus mengorbit berputar menglilinginya – orang-orang lain haruslah berkorban bagi dirinya. Itu adalah keserakahan – kesombongan.

Nature selfish gene ini tidak akan pernah bisa menarikan tarian saling berbagi dan saling mengasihi. Tetapi dia akan seperti LUBANG HITAM (black hole) keserakahan dan kesombongan yang menjadi PUSAT serta menghisap hidup dan energi dari orang-orang yang berputar mengelilingi dirinya. Itu adalah bentuk oposisi sempurna terhadap nature Allah Trinitas. Itu adalah inverted nature dari Trinitas. ITULAH SEBABNYA MENGAPA DOSA BEGITU MENGERIKAN.

Bila Allah Trinitas yang seperti itu mengundang manusia untuk ikut menari bersamaNya di dalam Kerajaan Sorga – saling berputar – saling mengelilingi – saling melayani – saling berbagi – saling mengasihi, maka Dia akan mengundang hanya manusia-manusia yang memiliki karakter seperti Yesus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun