Tidak ada jalan balik kembali pada Tuhan. Jalan sudah ditutup. Sebab manusia selfish gene yang berdosa dan jahat TIDAK LAYAK untuk kemudian memakan buah pohon kehidupan lalu hidup selama-lamanya. Bisakah anda bayangkan Hitler yang tidak pernah bisa mati? Adalah berbahaya bila ada seorang yang sangat jahat atau sangat sakit tetapi hidup abadi. Sebab itu perlu pemisahan atas dua kelompok kehendak bebas manusia melalui pengadilan Ilahi.
Alkitab mengajarkan: manusia boleh menjadi sepintar apapun, manusia boleh menjadi sehebat apapun, tetapi soal moralitas absolut – manusia harus tunduk pada sang Pemberi Hukum Moral. Dan oleh karena itu pula, saya sekarang mulai mengerti mengapa Einstein mewanti-wanti kepada seluruh scientists seperti apa yang dikatakannya ini:
“Science without religion is lame, religion without science is blind.” (Albert Einstein)
Atau apa yang dikatakan Uncle Ben:
“With great power comes great responsibility” (Benjamin Parker – Dalam ‘Spiderman’)
Pedang yang menyala-nyala adalah ‘pengadilan Ilahi.’ Bila semua manusia telah berdosa dan memilih untuk menjadi Allah atas dirinya sendiri, maka tidak seorangpun yang bisa masuk kembali ke hadirat Allah tanpa melewati pengadilanNya – tanpa melewati ‘pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar’ itu.
Akan tetapi ada yang aneh dengan pemaparan Alkitab. Bila tidak seorangpun bisa melewati pedang itu – karena semua manusia telah berdosa dan tidak akan tahan di hadapan pengadilanNya – mengapa Alkitab masih terus saja berbicara dan bernubuat tentang suatu DUNIA BARU yang sama sekali berbeda dengan dunia saat ini? – Kerajaan Allah (The Kingdom of God). Seolah-olah manusia bisa masuk kembali ke hadirat sang Khaliknya itu?
“Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya.
Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu.
Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak.
Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya." (Yesaya 11.6-9; ditulis 700 tahun sebelum Yesus lahir)
Itu adalah gambaran di masa depan dimana manusia telah kembali tinggal di hadirat Allah. Tetapi bagaimana dengan pedang itu? Siapa yang mampu melewatinya? Siapa yang tahan terhadap pengadilanNya? Siapa dia? Sehingga manusia bisa kembali berada di hadirat Tuhan dan bisa memakan ‘buah pohon kehidupan’ dan hidup selama-lamanya? Kita akan lihat dalam paparan berikut.
.
Taman Eden versus Getsemani
Di dalam Alkitab, CINTA-KASIH adalah the ultimate value dari kehidupan. Mengapa demikian? Karena Alkitab berkata bahwa karakter intirinsik dari Allah adalah kasih (1 Yoh 4.8). Dan supaya CINTA-KASIH dapat berfungsi dengan baik, maka harus ada yang namanya KEBEBASAN KEHENDAK (Freedom of will). Jargonnya: No love without freedom and no freedom without love. Sebab mustahil cinta sejati bisa ada bila tidak ada pilihan bebas; dan pilihan bebas akan segera menjadi kesemena-menaan bila tidak ada kasih.
Tuhan yang Mahakasih telah menciptakan manusia untuk memiliki kehendak bebas (karena tanpa kehendak bebas, kasih sejati tidak akan pernah bisa muncul). Maka – setelah itu diberikan – Tuhan harus konsisten untuk tidak campur tangan atas pilihan bebas apapun dari manusia, termasuk pilihan untuk memilih neraka ataupun menolak Tuhan sendiri seperti yang dilakukan oleh Adam dan Hawa di Taman Eden – yang akhirnya menimbulkan keterputusan manusia dengan Yang Ilahi. Jadi, neraka adalah tempat yang harus disediakan Tuhan sebagai konsekuensi logis dari orang-orang yang mentapkan pilihan bebasnya untuk hidup terpisah dariNya.