Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Warnet

4 Mei 2015   17:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:23 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun arah pandanganku tertuju pada sesuatu yang digenggam oleh makhluk itu dan itu adalah - Erni .  Di sana Erni terlihat begitu pasrah , ia hanya diam membisu membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya . Pelupuk matanya sembab dan basah oleh air mata , tak bisa lagi ia kira berapa kali ia menangis , mengiba , memohon agar dirinya dilepaskan , tapi semuanya sia - sia . Makhluk itu makin menguatkan genggamannya pada kedua tungkai kakinya sambil menyunggingkan seringai lebar yang menakutkan .

Uhahahahaha .. hahahahahhaha !

Tawa makhluk itu menggelegar bak gemuruh memecah kesunyian alam semesta . Ia menertawai ketidakberdayaanku yang tak mampu menolong gadis malang tersebut . Tak sadar , aku menitikkan air mata sambil merutuki diriku sendiri yang tak bisa berbuat apa - apa .

Makhluk itu membuka lebar - lebar mulutnya . aku gentar sekaligus takjub melihat deretan gigi geligi yang tajam dan membaui aroma nafasnya yang tidak sedap . Sebenarnya aku  ingin sekali muntah namun mulutku masih mengatup erat , aku hanya menahan rasa mual yang semakin menjadi - jadi di dalam perutku .

Ia melepaskan genggamannya dan membiarkan Erni jatuh ke dalam lubang kegelapan tak berujung itu .

TIIIDDDAAAKK !!!

Detak jantung berdebuk begitu kencang , tarikan nafas memburu cepat . Mataku membeliak seraya bangkit dari tidur .

ERNI !

Diliriknya jam dinding yang berada di sebelah kirinya - 02 .00 . Aku merasa setiap kejadian yang terjadi dalam mimpiku - sosok makhluk itu dan Erni - semuanya begitu tampak nyata . Memikirnya saja sudah membuatku merinding setengah mati . Tak karuan . Tapi aku berusaha untuk tenang . Kutarik nafas pelan - pelan lalu hembuskan perlahan . Kini , aku sudah sedikit lebih tenang . Sebelum aku tidur , aku berdoa terlebih dahulu agar mimpi yang terjadi tadi tidak terulang . Meskipun begitu , masih ada terselip kekhawatiran tentang keadaan Erni , aku harap dia baik - baik saja .

Malam sudah terlewati . Pancaran sinar mentari sudah menembus ventilasi kamarku . Aku yang menyadari kamar semakin panas , beranjak dari kasur menuju kamar mandi . Bayangan mimpi buruk semalam sudah mulai terlupakan . Aku mulai melangkahkan kaki menuju kamar mandi yang berjarak 10 meter dari kamarku .

Aku sudah berada di luar kamar . Mataku teralih perhatiannya pada kamar Erni . Yang membuatnya semakin aneh , kamarnya sudah digembok . Apakah dia sudah pergi ? . Padahal ini masih jam setengah tujuh - cepat sekali dia pergi . Aku termangu di depan pintu kamar Erni dan menempelkan daun telingaku di pintu itu . Aku tak mendengar setitik suara pun di dalam . Yang kudengar hanya suara detak jantungku yang berdetak pelan .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun