" Tidak ada yang tahu keberadaan sang pengusaha itu sampai sekarang . Hampir 3 tahun berlalu , rumah itu tidak pernah laku dijual , namun seorang laki - laki membeli dan mengubah ruko yang kosong itu menjadi sebuah warnet . Namun keanehan itu terjadi setelah ruko itu laku terjual . Berbagai penampakan sering terjadi di ruko itu , mulai suara tangis kuntilanak , pocong yang sering berdiri di depan pintu ruko dan sosok anak kecil yang sering berlari - lari di sekitar area ruko . Dan itu sering terjadi pada malam hari menjelang pukul 9 malam . " pungkas ibu tersebut sambil mengelap meja tempatku memakan nasi goreng tersebut .
Aku makin intens mengunyah nasi yang berada di dalam mulutku . Cerita yang benar - benar membuat siapapun bergedik ngeri termasuk aku . Sekarang , gumpalan nasi bercampur air liur itu benar - benar sulit untuk ditelan , entah mengapa . Cerita ibu ini kian menguatkan dugaanku bahwa ada sesuatu yang tak beres di ruko itu dan aku harus segera memecahkannya .
Tak terasa , nasi goreng yang berada di piringku sudah mulai habis . Aku menyendok sesuap nasi yang terakhir dan kumasukkan ke dalam mulutku . Aku mengambil gelas kaca yang sudah tersedia di sampingku sambil menuangkan air dalam teko itu ke dalam gelasku . Rasa haus dan lapar sudah sirna saat itu juga . Aku ingat , aku harus kembali ke warnet siapa tahu pak Tejo sudah tiba di rumah dan dia sudah menungguku lama karena kunci ruko ada padaku .
Aku berjalan menuju ibu tersebut dan memberikan uang nasi gorengku dan buru - buru menjauh dari sana menuju ruko . Kupandangi sejenak jam tangan yang melingkar di tanganku - jam 19 . 00 . Rupanya aku sudah lama berada di warung ini sambil mendengarkan cerita ibu tersebut dan aku harus mempercepat langkah kakiku untuk sampai ke ruko .
15 menit berjalan begitu cepat . Nafasku terengah - engah . Tetesan peluh meluncur pelan - pelan membasahi wajahku . Akhirnya , aku sudah tiba di depan pintu luar ruko . Namun , aku tak menjumpai mobil pak Tejo terparkir di depan . Ternyata beliau belum pulang dari rumah sakit .
Aku merogoh sakuku untuk mengambil kunci ruko yang tersimpan di sana . Kukeluarkan lalu kumasukkan kunci itu ke dalam lubangnya dan terbuka . Kini , aku benar - benar merasakan sunyinya warnet di kala tak ada satupun orang yang mengunjunginya . Kuletakkan sendalku begitu saja dan berjalan perlahan - lahan . Aku tak begitu yakin warnet ini sunyi . Aku merasa ada puluhan bola mata tengah mengawasiku ketika aku melewati bilik - bilik tersebut . Bola mata yang berpindah - pindah dari satu bilik ke bilik lainnya . Kupasang sikap siaga dan was - was , berbagai kemungkinan bisa saja terjadi , termasuk munculnya makhluk - makhluk tak kasat mata di hadapanku .
" Ini kesempatanku . " ujarku dalam batin .
Selagi pak Tejo pergi , aku akan memanfaatkan situasi ini untuk menyelidiki ruang pribadi Pak Tejo . Aku akan membongkar semua misteri yang menyelimuti ruko ini termasuk hilangnya Erni secara misterius .
Dari lantai satu aku sudah sampai di lantai tiga dan aku melihat ruangannya digembok . Benar - benar bos yang sangat memperhatikan keamanan . Tapi aku tak habis akal . Aku pergi ke kamarku untuk mengambil seutas kawat untuk membobol gembok jika kita tak mempunyai kuncinya . Setelah aku mengambil kawat itu dari kamarku , aku kembali lagi menuju ruangan pribadi pak Tejo . Aku membentuk kawat itu sesuai dengan bentuk lubang kuncinya , tapi lebih tepatnya seperti pengait dan kucoba - akhirnya terbuka . Setelah bersusah payah , gembok itu sudah terbuka .
Kubuang gembok itu dan menarik gagang pintu itu dan tubuhku memasuki ruangan itu . Ruangan itu cukup luas difasilitasi dengan 2 kursi beroda dan AC yang membuat udara di ruangan itu semakin sejuk . Aku mulai merogoh meja pak Tejo sambil membuka isi lemari kecil di bawah meja itu . Setelah kubuka - buka , aku tak menemukan sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk , hanya file - file yang menurutku tidak terlalu penting . Di tengah keletihan, pandanganku tertumbuk pada sebuah engsel di dinding kuning tersebut .
Aku memalingkan perhatianku pada engsel itu , menjauhi laci kecil itu . Aku mendekat dan sudah berada di depan engsel tersebut . Aku memundurkan engsel tersebut dan aku terkesima bahwa ada ruang rahasia dalam ruangan pribadi pak Tejo . Aku tak melihat pintu itu karena warna dinding dan pintunya hampir sama . Aku menarik gagang pintu dan langsung memasukinya .