Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Warnet

4 Mei 2015   17:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:23 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Tidak ada yang tahu keberadaan sang pengusaha itu sampai sekarang . Hampir 3 tahun berlalu , rumah itu tidak pernah laku dijual , namun seorang laki - laki membeli dan mengubah ruko yang kosong itu menjadi sebuah warnet . Namun keanehan itu terjadi setelah ruko itu laku terjual . Berbagai penampakan sering terjadi di ruko itu , mulai suara tangis kuntilanak , pocong yang sering berdiri di depan pintu ruko dan sosok anak kecil yang sering berlari - lari di sekitar area ruko . Dan itu sering terjadi pada malam hari menjelang pukul 9 malam . " pungkas ibu tersebut sambil mengelap meja tempatku memakan nasi goreng tersebut .

Aku makin intens mengunyah nasi yang berada di dalam mulutku . Cerita yang benar - benar membuat siapapun bergedik ngeri termasuk aku . Sekarang , gumpalan nasi bercampur air liur itu benar - benar sulit untuk ditelan , entah mengapa . Cerita ibu ini kian menguatkan dugaanku bahwa ada sesuatu yang tak beres di ruko itu dan aku harus segera memecahkannya .

Tak terasa , nasi goreng yang berada di piringku sudah mulai habis . Aku menyendok sesuap nasi yang terakhir dan kumasukkan ke dalam mulutku . Aku mengambil gelas kaca yang sudah tersedia di sampingku sambil menuangkan air dalam teko itu ke dalam gelasku . Rasa haus dan lapar sudah sirna saat itu juga . Aku ingat , aku harus kembali ke warnet siapa tahu pak Tejo sudah tiba di rumah dan dia sudah menungguku lama karena kunci ruko ada padaku .

Aku berjalan menuju ibu tersebut dan memberikan uang nasi gorengku dan buru - buru menjauh dari sana menuju ruko . Kupandangi sejenak jam tangan yang melingkar di tanganku - jam 19 . 00 . Rupanya aku sudah lama berada di warung ini sambil mendengarkan cerita ibu tersebut dan aku harus mempercepat langkah kakiku untuk sampai ke ruko .

15 menit berjalan begitu cepat . Nafasku terengah - engah . Tetesan peluh meluncur pelan - pelan membasahi wajahku . Akhirnya , aku sudah tiba di depan pintu luar ruko . Namun , aku tak menjumpai mobil pak Tejo terparkir di depan . Ternyata beliau belum pulang dari rumah sakit .

Aku merogoh sakuku untuk mengambil kunci ruko yang tersimpan di sana . Kukeluarkan lalu kumasukkan kunci itu ke dalam lubangnya dan terbuka . Kini , aku benar - benar merasakan sunyinya warnet di kala tak ada satupun orang yang mengunjunginya . Kuletakkan sendalku begitu saja dan berjalan perlahan - lahan . Aku tak begitu yakin warnet ini sunyi . Aku merasa ada puluhan bola mata tengah mengawasiku ketika aku melewati bilik - bilik tersebut . Bola mata yang berpindah - pindah dari satu bilik ke bilik lainnya . Kupasang sikap siaga dan was - was , berbagai kemungkinan bisa saja terjadi , termasuk munculnya makhluk - makhluk tak kasat mata di hadapanku .

" Ini kesempatanku . " ujarku dalam batin .

Selagi pak Tejo pergi , aku akan memanfaatkan situasi ini untuk menyelidiki ruang pribadi Pak Tejo . Aku akan membongkar semua misteri yang menyelimuti ruko ini termasuk hilangnya Erni secara misterius .

Dari lantai satu aku sudah sampai di lantai tiga dan aku melihat ruangannya digembok . Benar - benar bos yang sangat memperhatikan keamanan . Tapi aku tak habis akal . Aku pergi ke kamarku untuk mengambil seutas kawat untuk membobol gembok jika kita tak mempunyai kuncinya . Setelah aku mengambil kawat itu dari kamarku , aku kembali lagi menuju ruangan pribadi pak Tejo . Aku membentuk kawat itu sesuai dengan bentuk lubang kuncinya , tapi lebih tepatnya seperti pengait dan kucoba - akhirnya terbuka . Setelah bersusah payah , gembok itu sudah terbuka .

Kubuang gembok itu dan menarik gagang pintu itu dan tubuhku memasuki ruangan itu . Ruangan itu cukup luas difasilitasi dengan 2 kursi beroda dan AC yang membuat udara di ruangan itu semakin sejuk . Aku mulai merogoh meja pak Tejo sambil membuka isi lemari kecil di bawah meja itu . Setelah kubuka - buka , aku tak menemukan sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk , hanya file - file yang menurutku tidak terlalu penting . Di tengah keletihan, pandanganku tertumbuk pada sebuah engsel di dinding kuning tersebut .

Aku memalingkan perhatianku pada engsel itu , menjauhi laci kecil itu . Aku mendekat dan sudah berada di depan engsel tersebut . Aku memundurkan engsel tersebut dan aku terkesima bahwa ada ruang rahasia dalam ruangan pribadi pak Tejo . Aku tak melihat pintu itu karena warna dinding dan pintunya hampir sama . Aku menarik gagang pintu dan langsung memasukinya .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun