Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Warnet

4 Mei 2015   17:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:23 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Apa ?! Kalau begitu , kamu pergi ke garasi keluarkan mobil saya . Biarkan saya membawanya . " ucap Pak Tejo lugas sambil memberikan kunci mobilnya padaku .

Aku cepat - cepat menuju garasi untuk mengeluarkan mobilnya . Setelah 5 menit aku dari garasi , aku mengendarai mobil itu dan memarkirkannya di depan teras warnet . Pak Tejo menyuruh beberapa orang yang ada di sana untuk menjingjing mayat itu ke dalam mobilnya dan ikut bersamanya ke rumah sakit .

Sebelum ia pergi beliau berpesan padaku agar menutup warnet lebih cepat . Aku juga berpendapat sama dengan pak Tejo . Ia pasti melakukan hal ini menunggu sampai suasana kembali kondusif .

Sejak kejadian tadi , aku mulai merasa tak tenang . Aku merasa banyak sekali keanehan yang menyelimuti warnet ini . Mulai dari kepergian Erni yang misterius sampai kematian tak wajar yang dialami oleh seorang pengunjung warnet . Semua rentetan kejadian yang pernah kualami kini menggerayangi pikiranku . Memang benar kata Erni , ada sesuatu yang disembunyikan oleh bosku yaitu Pak Tejo . Inilah waktunya untuk mengungkap misteri yang selama ini ditutup - tutupi oleh pak Tejo .

Perutku bergemuruh menandakan bahwa mereka sudah butuh asupan makanan . Bola mataku berpaling ke arah jam dinding yang berada di hadapanku - 17 . 30 , tak terasa waktu semakin cepat berputar . Sambil mengelus lembut perutku yang lapar , aku beranjak pergi dari kamar menuruni lantai dua menuju pintu luar . Akan tetapi , pikiranku tertuju pada lantai 3 , ruangan pribadi pak Tejo . Aku hanya cuma sekali aku melihat ruangan itu . Tak ada yang terlalu mencolok di ruang itu hanya ada sebuah meja kerja dengan laptop di atasnya dan sebuah ranjang yang tak terlalu besar ukurannya . Entah kenapa , aku sangat penasaran sekali dengan ruangan itu .

Aku mengunci pintu dari luar dan memakai sendal jepitku . Kumulai melangkah ,  mencari warung makan yang menjual nasi goreng . Setelah aku berjalan 200 meter dari rumahku , aku menemukan sebuah warung makan . Tempatnya sederhana . Dindingnya berlapiskan anyaman bambu yang dibuat seperti sekat dan beberapa bangku dan meja kayu yang disusun berjajar rapi menimbulkan kesan bahwa sang pemilik memperhatikan kerapian . Aku mengambil tempat duduk di belakang seorang ibu yang tengah memotong - motong sayuran .

" Bu , saya pesan nasi goreng satu porsi . "

" Dibungkus atau makan di sini ? "

" Makan di sini saja , bu . " ujarku pelan .

Si ibu mengangguk pelan begitu mendengar jawabanku . Aku sudah melihatnya menaruh wajan di atas kompor gasnya sambil memutar kenop gas ke kiri . Sambil menunggu nasi gorengku siap , aku iseng - iseng bertanya soal berapa lama ia menggeluti pekerjaannya sebagai tukang masak .

" Bu ? " sapaku lembut .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun