" Apa ?! Kalau begitu , kamu pergi ke garasi keluarkan mobil saya . Biarkan saya membawanya . " ucap Pak Tejo lugas sambil memberikan kunci mobilnya padaku .
Aku cepat - cepat menuju garasi untuk mengeluarkan mobilnya . Setelah 5 menit aku dari garasi , aku mengendarai mobil itu dan memarkirkannya di depan teras warnet . Pak Tejo menyuruh beberapa orang yang ada di sana untuk menjingjing mayat itu ke dalam mobilnya dan ikut bersamanya ke rumah sakit .
Sebelum ia pergi beliau berpesan padaku agar menutup warnet lebih cepat . Aku juga berpendapat sama dengan pak Tejo . Ia pasti melakukan hal ini menunggu sampai suasana kembali kondusif .
Sejak kejadian tadi , aku mulai merasa tak tenang . Aku merasa banyak sekali keanehan yang menyelimuti warnet ini . Mulai dari kepergian Erni yang misterius sampai kematian tak wajar yang dialami oleh seorang pengunjung warnet . Semua rentetan kejadian yang pernah kualami kini menggerayangi pikiranku . Memang benar kata Erni , ada sesuatu yang disembunyikan oleh bosku yaitu Pak Tejo . Inilah waktunya untuk mengungkap misteri yang selama ini ditutup - tutupi oleh pak Tejo .
Perutku bergemuruh menandakan bahwa mereka sudah butuh asupan makanan . Bola mataku berpaling ke arah jam dinding yang berada di hadapanku - 17 . 30 , tak terasa waktu semakin cepat berputar . Sambil mengelus lembut perutku yang lapar , aku beranjak pergi dari kamar menuruni lantai dua menuju pintu luar . Akan tetapi , pikiranku tertuju pada lantai 3 , ruangan pribadi pak Tejo . Aku hanya cuma sekali aku melihat ruangan itu . Tak ada yang terlalu mencolok di ruang itu hanya ada sebuah meja kerja dengan laptop di atasnya dan sebuah ranjang yang tak terlalu besar ukurannya . Entah kenapa , aku sangat penasaran sekali dengan ruangan itu .
Aku mengunci pintu dari luar dan memakai sendal jepitku . Kumulai melangkah , mencari warung makan yang menjual nasi goreng . Setelah aku berjalan 200 meter dari rumahku , aku menemukan sebuah warung makan . Tempatnya sederhana . Dindingnya berlapiskan anyaman bambu yang dibuat seperti sekat dan beberapa bangku dan meja kayu yang disusun berjajar rapi menimbulkan kesan bahwa sang pemilik memperhatikan kerapian . Aku mengambil tempat duduk di belakang seorang ibu yang tengah memotong - motong sayuran .
" Bu , saya pesan nasi goreng satu porsi . "
" Dibungkus atau makan di sini ? "
" Makan di sini saja , bu . " ujarku pelan .
Si ibu mengangguk pelan begitu mendengar jawabanku . Aku sudah melihatnya menaruh wajan di atas kompor gasnya sambil memutar kenop gas ke kiri . Sambil menunggu nasi gorengku siap , aku iseng - iseng bertanya soal berapa lama ia menggeluti pekerjaannya sebagai tukang masak .
" Bu ? " sapaku lembut .