Lagi - lagi aku terkesima , ternyata pencahayaan di ruangan itu kurang . Hanya diterangi oleh bola lampu kecil 5 watt yang menyala begitu redup . Tak sampai di situ saja , aku mendapati sebuah dupa menyerbakkan aroma kemenyan yang dibakar oleh arang . Ada juga beberapa sesajen seperti kembang tujuh rupa , minyak kemenyan dan sebuah guci yang menampung sebuah cairan . Aku tertegun dan mengamati sejenak guci tersebut . Kemudian , mencelupkan telunjukku ke dalamnya .
" Bau darah ! "
Aku memekik kecil ketika mengetahui bahwa cairan kental itu adalah darah . Darah yang hitam pekat berbau amis busuk membuatku hampir mual . Instingku terus bersuara agar aku keluar dari ruangan ini tapi aku tak ingin keluar begitu saja tanpa mengorek petunjuk lebih jauh . Kian lama aku di sana , keangkeran ruangan ini makin meningkat . Ini semakin kuat dengan suasana ruangan yang begitu remang , mungkin gelap . Sekonyong - konyong , debaran jantungku smakin keras . Aku merasakan jantungku ingin meloncat keluar dari dadaku .
Tak jauh dari sesajen itu , aku menyadari 3 lembar foto yang ditelungkupkan terbalik . Jemariku bergetar hebat saat menggamit foto - foto itu . Kedua bola mataku membeliak hebat , aku mengeleng - gelengkan kepalaku sebagai bukti atas apa yang kulihat .
Foto dua orang wanita dan seorang laki - laki tercetak jelas . Aku tidak mengenali salah satu wanita yang ada di sana tapi salah satu wajah perempuan yang berada dalam foto itu seperti tidak asing lagi dalam ingatanku . Oh astaga , aku ingat dia - Erni !
Air mataku mengucur deras membasahi wajah mulusku . Kini aku percaya apa yang dikatakan Erni tentang kecurigaannya terhadap majikannya yang melakukan pesugihan . Tragedi ini belum berakhir saat aku melihat wajah laki - laki dalam foto itu . Aku menganga lebar , tak bisa mengatupkan mulutku - itu fotoku !
" Berani - beraninya kamu mengacak - acak ruangan pribadi saya ! " senggak pak Tejo dari belakangku .
" Ka..ka..kapan ba..ba..pak be..be..rada di sini ? " lidahku tak lagi lancar berkata - kata . Kegugupan sudah melanda diriku , membuatku tak bisa mengontrol diri .
Aku membalikkan badanku ke belakang dan melihat pak Tejo sudah berdiri di sana . Tak ada raut wajah baik dan keramahan yang biasanya ia tunjukkan padaku , hanya tersisa pandangan dingin tertutupi kabut dendam dan nafsu ingin membunuh . Aku juga aku tak menyadari bahwa pak Tejo sudah berada di rumah tanpa kuketahui dan yang membuatku tambah bingung , darimana ia bisa membuka pintu ruko sedangkan kuncinya berada padaku .
" Kamu belum begitu pintar untuk mengelabui saya , Rian . Kamu pikir saya bodoh apa memberikan kunci ruko tanpa punya duplikatnya , heh ?! " ia meledekku sambil melemparkan senyum lirihnya melihat kebodohanku .
" Ternyata mau disembunyikan sedalam apapun , rahasia tetap akan terbongkar . Ya mau bagaimana lagi , berarti rahasia ini akan kuceritakan padamu . " tandas pak Tejo , ia mengeluarkan sekotak rokok dan mengambilnya sebatang lalu dibakar .