Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tomino

3 Februari 2015   00:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:55 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tomino melolong keras . Bola matanya yang hitam kini hanya tersisa putihnya saja . Tubuhnya mengejang hebat ketika roh - roh jahat merasuk ke dalam tubuhnya . Bukan hanya satu tapi hampir ratusan roh berlomba - lomba masuk ke dalam raga Tomino . Raganya bagaikan bangkai rusa yang siap menjadi rebutan burung - burung hering dan gagak . Rambutnya terurai berantakan tertiup angin kencang berhembus dari belakang tempat ia berpijak . Kini , mereka tidak mendapati sosok Tomino yang mereka kenali melainkan sosok iblis yang lahir dari neraka terdalam .

Sazaki masih tercengang dengan apa yang terjadi pada Tomino , tak terkecuali Iyume dan Kimanoto yang masih berlindung di belakang badan ibunya . Aura kematian menyeruak , memenuhi ruang tamu , membuat Sazaki yang berdiri tak jauh dari Tomino , bergetar hebat mulai dari ujung kaki sampai wajahnya , tak mampu mengekspresikan kengerian luar biasa yang dialaminya . Matanya mendelik , bulir - bulir keringat berjatuhan dari dahinya .

" Mati ... " desis Tomino .

Tomino merentangkan kedua tangannya dan membuka telapak tangannya . Ajaib . Kedua tangannya sudah menggenggam erat leher Sazaki dan Iyume - ayah ibunya . Mereka berdua kepayahan menahan cekikan yang menyiksa leher mereka . Megap - megap , pupil mata melebar , wajah mereka agak membiru .

Tak kuat lagi , mereka berdua menghembuskan nafas terakhir .Dengan wajah membiru , mulut menganga lebar . Bola mata nya hampir meloncat keluar . Urat mata pecah sehingga darah segar merembes dari sana .

Melihat ayah - ibunya sudah tak berdaya lagi , Tomino merenggangkan kepalannya dan membiarkan mayat mereka merosot dari tangannya .

Kimanoto mematung , menyaksikan kakaknya menghabisi nyawa orang tuanya sendiri , tanpa belas kasihan , tanpa peri kemanusiaan . Kimanoto meratapi kematian tragis yang menimpa ayah dan ibunya . Suara tangisnya memecah keheningan di ruang itu .

" AYAHH ! IBUUU !!! " jerit Kimanoto sejadinya .

" KENAPA KAKAK TEGA MELAKUKAN SEMUA INI ?! KENAPA ?!! "

Tomino bungkam . Ia hanya menatap tajam ke arah adiknya dan perlahan - lahan mulai mendekati adiknya .

" Ayah ... Ibu ... "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun