Sebuah lemari besar menghantam dan menimpa tubuh kecilnya . Suara retakan tulang terdengar jelas olehnya . Tulang rusuknya remuk dan patahannya mengenai paru - parunya .
Uhuukkk
Gumpalan darah segar membasahi lantai . Begitu kental . Seketika jantungnya berhenti berdetak dan ia sudah tak bernyawa lagi .
Tomino mengangkat lengannya dan lemari itu juga terangkat dan menimpa lagi tubuh Kimanoto . Berkali - kali , sampai tubuh Kimanoto tak berbentuk lagi , ia gepeng seperti tempe yang digiling oleh buldozer .
Tomino tertawa terbahak - bahak menyaksikan adiknya t'lah tewas dengan tubuh pipih ditimpa lemari . Akan tetapi , Tomino tersentak . Ia merasakan kesadarannya kembali setelah sesuatu keluar dari raganya .
" Apa yang sudah kaulakukan ?! " pekiknya .
Sesosok berjubah hitam memegang sebilah sabit besar berada di hadapannya . Ia berdiri mengamati Tomino yang terpaku memandang dirinya .
" Aku sudah melakukan apa yang kau mau sekarang tibalah waktumu , Tomino ... " nada bicaranya dingin dan mendatar .
" Tidak ! Jangan bawa aku pergi ! " pekik Tomino .
" Rohmu akan kubawa ke neraka . Neraka , tempat kau di mana kau melihat roh - roh yang tersiksa abadi selamanya . " Pria itu mengulas seringai tipis dan pelan - pelan mengangkat sabitnya .
" Jangannnn " jeritan itu seakan menjadi pesan terkhirnya ketika sabit itu memisahkan roh dari raganya , membawanya ke sana . Tempat penyiksaan yang tak pernah berakhir sampai selama - lamanya .