Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tomino

3 Februari 2015   00:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:55 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah lemari besar menghantam dan menimpa tubuh kecilnya . Suara retakan tulang terdengar jelas olehnya . Tulang rusuknya remuk dan patahannya mengenai paru - parunya .

Uhuukkk

Gumpalan darah segar membasahi lantai . Begitu kental . Seketika jantungnya berhenti berdetak dan ia sudah tak bernyawa lagi .

Tomino mengangkat lengannya dan lemari itu juga terangkat dan menimpa lagi tubuh Kimanoto . Berkali - kali , sampai tubuh Kimanoto tak berbentuk lagi , ia gepeng seperti tempe yang digiling oleh buldozer .

Tomino tertawa terbahak - bahak menyaksikan adiknya t'lah tewas dengan tubuh pipih ditimpa lemari . Akan tetapi , Tomino tersentak . Ia merasakan kesadarannya kembali setelah sesuatu keluar dari raganya .

" Apa yang sudah kaulakukan ?! " pekiknya .

Sesosok berjubah hitam memegang sebilah sabit besar berada di hadapannya . Ia berdiri mengamati Tomino yang terpaku memandang dirinya .

" Aku sudah melakukan apa yang kau mau sekarang tibalah waktumu , Tomino ... " nada bicaranya dingin dan mendatar .

" Tidak ! Jangan bawa aku pergi ! " pekik Tomino .

" Rohmu akan kubawa ke neraka . Neraka , tempat kau di mana kau melihat roh - roh yang tersiksa abadi selamanya . " Pria itu mengulas seringai tipis dan pelan - pelan mengangkat sabitnya .

" Jangannnn " jeritan itu seakan menjadi pesan terkhirnya ketika sabit itu memisahkan roh dari raganya , membawanya ke sana . Tempat penyiksaan yang tak pernah berakhir sampai selama - lamanya .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun