Haruko baru pulang sekolah , ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya hanya bisa menggeleng & mendesis pelan melihat mayat ayah - ibu t'lah tewas dengan kondisi mengenaskan . Kakinya menggigil , serasa tubuhnya tak mampu menumpu berat badannya . Ia merasa beban berton - ton itu menghantam keras pundaknya .
" Kau ... "
Pandangan Tomino beralih pada Haruko . Kimanoto tak menyia - nyiakan kesempatan yang datang . Ia beranjak pergi dan mencari persembunyian yang aman , di mana Tomino tidak akan mudah menemukannya .
Api dendam kini bergulung di dadanya . Haruko tak melepaskan pandangannya dari Tomino dan mengepalkan tangannya sekuat - kuatnya .
" Mati kau ! " pekik Haruko seraya melancarkan pukulan ke arah Tomino .
" Akkh ! "
Tampaknya tak berhasil . Dengan gerakan jari telunjuknya , tangan Haruko terpelintir ke kanan dan berputar ke bawah . Ia meraung hebat sambil memegangi tangan kanannya yang terkilir itu . Rasa nyeri itu membuat ia menitikkan sedikit air mata .
Haruko berdiri tegak dan kembali melancarkan tendangan ke arah Tomino . Lagi - lagi , dengan menggerakkan telunjuknya saja , kaki Haruko patah dan ia menjerit kesakitan .
Badannya jatuh bersandar mengenai pintu . Api dendam yang bergelora itu kini padam . Haruko malah mengemis - emis , memohon ampun pada Tomino .
" Tomino , ampuni aku ! Ampuni aku ! Kumohon ! " rengeknya .
Tomino bergeming .Kemudian , ia mengangkat lengannya ke atas . Dari belakang , puluhan pisau sudah melayang di udara . Mata pisau itu seolah menyapanya , menyuruhnya untuk mempersiapkan kata - kata terakhir sebelum ajal menjemputnya .