Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tomino

3 Februari 2015   00:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:55 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haruko baru pulang sekolah , ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya hanya bisa menggeleng & mendesis pelan melihat mayat ayah - ibu t'lah tewas dengan kondisi mengenaskan . Kakinya menggigil , serasa tubuhnya tak mampu menumpu berat badannya . Ia merasa beban berton - ton itu menghantam keras pundaknya .

" Kau ... "

Pandangan Tomino beralih pada Haruko . Kimanoto tak menyia - nyiakan kesempatan yang datang . Ia beranjak pergi dan mencari persembunyian yang aman , di mana Tomino tidak akan mudah menemukannya .

Api dendam kini bergulung di dadanya . Haruko tak melepaskan pandangannya dari Tomino dan mengepalkan tangannya sekuat - kuatnya .

" Mati kau ! " pekik Haruko seraya melancarkan pukulan ke arah Tomino .

" Akkh ! "

Tampaknya tak berhasil . Dengan gerakan jari telunjuknya , tangan Haruko terpelintir ke kanan dan berputar ke bawah . Ia meraung hebat sambil memegangi tangan kanannya yang terkilir itu . Rasa nyeri itu membuat ia menitikkan sedikit air mata .

Haruko berdiri tegak dan kembali melancarkan tendangan ke arah Tomino . Lagi - lagi , dengan menggerakkan telunjuknya saja , kaki Haruko patah dan ia menjerit kesakitan .

Badannya jatuh bersandar mengenai pintu . Api dendam yang bergelora itu kini padam . Haruko malah mengemis - emis , memohon ampun pada Tomino .

" Tomino , ampuni aku ! Ampuni aku ! Kumohon ! " rengeknya .

Tomino bergeming .Kemudian , ia mengangkat lengannya ke atas . Dari belakang , puluhan pisau sudah melayang di udara . Mata pisau itu seolah menyapanya , menyuruhnya untuk mempersiapkan kata - kata terakhir sebelum ajal menjemputnya .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun