Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tomino

3 Februari 2015   00:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:55 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Kau tahu ! Saya malu punya anak cacat seperti kamu ! " Sazaki melampiaskan amarah dengan menempeleng kepala Tomino .

Tomino tersentak . Matanya mengerjap . Ia sadar bahwa ia sedang bermimpi buruk . Tapi di dunia nyata pun , ia mendapatkan siksaan yang lebih parah di bandingkan dengan di dunia mimpi . Dia menyingkapkan sedikit bagian atas bajunya dan melirik luka lebam di pundaknya .

Luka memar itu didapatkan dari ibunya . Hanya karena dia tak sengaja menyenggol vas bunga kesayangan ibunya saat ia menyapu rumah . Melihat vas bungnya hancur berkeping - keping , ibunya naik pitam dan mengambil sapu yang dipegang oleh Tomino . Dengan sekuat tenaga , ibunya menghantam bahu Tomino membuat tulang bahunya bergeser sedikit . Sekarang pun , rasa sakit di bahunya masih belum hilang , walaupun ia cuma mengangkat sedikit bahunya , sakitnya akan tetap terasa .

Jam dinding menunjukkan pukul 13 . 30 , Tomino sudah pulang dari sekolah . Ia melepaskan kaus kaki dan meletakkan sepatunya . Ketika ia hendak ke kamar , suara ayah dan ibunya memanggil dirinya .

" Tomino , Tomino . Ke sini kamu ! " perintah ayahnya .

" Ada apa , yah ? "tanyanya .

" Kamu sengaja ya mengerjakan PR adikmu asal - asalan !? " Sazaki meninggikan suaranya .

" A-a-ku ta-tak mengerti apa yang ayah katakan . " jawab Tomino terbata - bata .

" Jadi kamu betul - betul tidak tahu ?! Coba lihat ini ! " Sazaki melempar buku yang ia pegang ke muka Tomino . Tomino mengambil buku yang dilempar ayahnya dan membukanya . Ia memeriksa satu per satu jawaban yang ia kerjakan . Lama ia mengamati , barulah ia menyadari kekeliruannya .

" Ma-ma-maaf ayah , aku tidak bermaksud mengerjakannya asal - asalan . "

" Maaf katamu ! Kamu mau bikin adikmu tidak naik kelas , hah ?! " sentak Sazaki . Mukanya merah padam menahan amarahdi dada .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun