Tomino melolong keras . Bola matanya yang hitam kini hanya tersisa putihnya saja . Tubuhnya mengejang hebat ketika roh - roh jahat merasuk ke dalam tubuhnya . Bukan hanya satu tapi hampir ratusan roh berlomba - lomba masuk ke dalam raga Tomino . Raganya bagaikan bangkai rusa yang siap menjadi rebutan burung - burung hering dan gagak . Rambutnya terurai berantakan tertiup angin kencang berhembus dari belakang tempat ia berpijak . Kini , mereka tidak mendapati sosok Tomino yang mereka kenali melainkan sosok iblis yang lahir dari neraka terdalam .
Sazaki masih tercengang dengan apa yang terjadi pada Tomino , tak terkecuali Iyume dan Kimanoto yang masih berlindung di belakang badan ibunya . Aura kematian menyeruak , memenuhi ruang tamu , membuat Sazaki yang berdiri tak jauh dari Tomino , bergetar hebat mulai dari ujung kaki sampai wajahnya , tak mampu mengekspresikan kengerian luar biasa yang dialaminya . Matanya mendelik , bulir - bulir keringat berjatuhan dari dahinya .
" Mati ... " desis Tomino .
Tomino merentangkan kedua tangannya dan membuka telapak tangannya . Ajaib . Kedua tangannya sudah menggenggam erat leher Sazaki dan Iyume - ayah ibunya . Mereka berdua kepayahan menahan cekikan yang menyiksa leher mereka . Megap - megap , pupil mata melebar , wajah mereka agak membiru .
Tak kuat lagi , mereka berdua menghembuskan nafas terakhir .Dengan wajah membiru , mulut menganga lebar . Bola mata nya hampir meloncat keluar . Urat mata pecah sehingga darah segar merembes dari sana .
Melihat ayah - ibunya sudah tak berdaya lagi , Tomino merenggangkan kepalannya dan membiarkan mayat mereka merosot dari tangannya .
Kimanoto mematung , menyaksikan kakaknya menghabisi nyawa orang tuanya sendiri , tanpa belas kasihan , tanpa peri kemanusiaan . Kimanoto meratapi kematian tragis yang menimpa ayah dan ibunya . Suara tangisnya memecah keheningan di ruang itu .
" AYAHH ! IBUUU !!! " jerit Kimanoto sejadinya .
" KENAPA KAKAK TEGA MELAKUKAN SEMUA INI ?! KENAPA ?!! "
Tomino bungkam . Ia hanya menatap tajam ke arah adiknya dan perlahan - lahan mulai mendekati adiknya .
" Ayah ... Ibu ... "