jigoku gozarabamo de kitetamore,
hari no oyama no tomebari wo.
akai tomehari date niwa sasanu,
kawaii tomino no mejirushini.
Tulisan yang berada di atas kertas itu memerah dan tatapan mata Tomino yang tadi penuh lara dan nestapa menjadi sorot kosong menyiratkan amarah yang terdalam di jiwanya . Tomino telah menyelesaikan puisinya .
" Sekarang pergi dan berikan kepada orang tuamu . Cepat . "
Tomino keluar dari kamar dan pergi menuju ruang tamu tempat mereka biasa berkumpul termasuk Kimanoto juga ada di sana . Lamat - lamat ia melangkah dan tibalah dirinya di sana .
Tanpa rasa ragu di hatinya , Tomino memberikan puisi itu pada ayahnya .
" Apa yang kau berikan ini ? "
Tomino hanya diam tapi tatapan matanya tak lepas dari mereka . Kimanoto yang merasakan ada yang aneh dengan kakaknya , ketakutan dan coba bersembunyi di balik badan ibunya .
Sazaki membaca puisi itu dengan seksama dan menggunakan suara lantang . Dirinya terdorong untuk meresapi tiap kata yang tersurat dalam puisi itu , membacanya habis .
" Oh jadi kau mau menakut - nakuti kami dengan puisi ini ?! " Sazaki tersenyum kecut sambil meremas - remas kertas itu .
" Nih ! " Sazaki melemparkan remasan kertas berbentuk seperti bola itu ke muka Tomino . Tomino tak memberikan respon apapun . Ia hanya membisu dan menatap ke arah ayahnya .
" Oh kau melawan ya ! Rasakan ! " tangan Sazaki melayang di udara siap mendarat di wajah Tomino , akan tetapi ia terhenti sesaat .