" Kau tahu ! Saya malu punya anak cacat seperti kamu ! " Sazaki melampiaskan amarah dengan menempeleng kepala Tomino .
Tomino tersentak . Matanya mengerjap . Ia sadar bahwa ia sedang bermimpi buruk . Tapi di dunia nyata pun , ia mendapatkan siksaan yang lebih parah di bandingkan dengan di dunia mimpi . Dia menyingkapkan sedikit bagian atas bajunya dan melirik luka lebam di pundaknya .
Luka memar itu didapatkan dari ibunya . Hanya karena dia tak sengaja menyenggol vas bunga kesayangan ibunya saat ia menyapu rumah . Melihat vas bungnya hancur berkeping - keping , ibunya naik pitam dan mengambil sapu yang dipegang oleh Tomino . Dengan sekuat tenaga , ibunya menghantam bahu Tomino membuat tulang bahunya bergeser sedikit . Sekarang pun , rasa sakit di bahunya masih belum hilang , walaupun ia cuma mengangkat sedikit bahunya , sakitnya akan tetap terasa .
Jam dinding menunjukkan pukul 13 . 30 , Tomino sudah pulang dari sekolah . Ia melepaskan kaus kaki dan meletakkan sepatunya . Ketika ia hendak ke kamar , suara ayah dan ibunya memanggil dirinya .
" Tomino , Tomino . Ke sini kamu ! " perintah ayahnya .
" Ada apa , yah ? "tanyanya .
" Kamu sengaja ya mengerjakan PR adikmu asal - asalan !? " Sazaki meninggikan suaranya .
" A-a-ku ta-tak mengerti apa yang ayah katakan . " jawab Tomino terbata - bata .
" Jadi kamu betul - betul tidak tahu ?! Coba lihat ini ! " Sazaki melempar buku yang ia pegang ke muka Tomino . Tomino mengambil buku yang dilempar ayahnya dan membukanya . Ia memeriksa satu per satu jawaban yang ia kerjakan . Lama ia mengamati , barulah ia menyadari kekeliruannya .
" Ma-ma-maaf ayah , aku tidak bermaksud mengerjakannya asal - asalan . "
" Maaf katamu ! Kamu mau bikin adikmu tidak naik kelas , hah ?! " sentak Sazaki . Mukanya merah padam menahan amarahdi dada .