Mohon tunggu...
Ari Fakhrizal
Ari Fakhrizal Mohon Tunggu... Guru - Guru

Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku, Kau, dan Ayah

24 Juni 2024   12:46 Diperbarui: 24 Juni 2024   13:45 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seharian sudah kuberjalan tanpa arah dan tujuan, berhenti di stasiun yang satu pindah ke stasiun yang lain hanya untuk beristirahat menghilangkan rasa lelah. Kemudian kembali meneruskan perjalanan dan tibalah aku di sudut kota, berjalan menyusuri emperan toko tua tak berpenghuni. 

Badanku mulai terasa lemas kakiku pun sudah tidak sanggup melangkah, semakin lama langkahku semakin melemah. Pandnganku pun sudah mulai kabur.

 Lalu aku terjatuh tak sadarkan diri, aku terbaring lemas tepat di samping toko kue. Dengan setengah pingsan aku mencoba untuk bertahan namun sudah tak sanggup lagi, aku tak bisa lagi menahan rasa lapar dan dahaga yang membelit perutku, sisa uang di saku celana sudah tak mencukupi untuk membeli sebungkus nasi. Tanpa sadar terletup bibirku berkeluh kesah.

"Ya Tuhan, masih adakah kesempatan bagiku untuk merasakan kasih sayang dari kedua orang tuaku di dunia ini, bila Engkau tidak menghendaki kebahagiaan bagiku, kenapa Aku dilahirkan kedunia ini!" "Kenapa ...!!!" Tertelungkup kumenangis hingga kemudian muncul seorang wanita muda bergaun merah berparas cantik dengan memakai sepatu merah berhak tinggi menghampiriku, terkejut dia mendapati aku tengah terkulai lemas dan hampir pingsan.

"De.., de... kamu kenapa?" Tanya si wanita itu. Seketika itu aku terbangun. Dan membuat wanita itu sedikit lega,  kekhawatirannya hilang saat ku kembali sadar.

"Siapa namamu dan sedang apa kamu disini?" Tanya wanita itu sambil mengelus-elus rambutku yang sedikit acak-acakkan, dengan penglihatan sedikit samar, aku membuka mata.

"Siapa kamu ...., dan mau apa?" tanyaku setengah takut sembari mendekap tasku dengan erat.

"Tenanglah, aku hanya ingin menolongmu."   

"Aku tidak butuh pertolonganmu!" jawabku ketus.

"Setiap manusia pasti butuh pertolongan, karena dia tidak hidup sendiri, jangan takut aku orang baik kok. Dan, ngomong-ngomong siapa namamu, di mana rumahmu dan kenapa bisa berada di tempat seperti ini?"

"Aku tidak punya rumah, aku manusia bebas bisa berpergian kemanapun yang aku mau. Namaku Salsa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun