Mohon tunggu...
Ari Fakhrizal
Ari Fakhrizal Mohon Tunggu... Guru - Guru

Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku, Kau, dan Ayah

24 Juni 2024   12:46 Diperbarui: 24 Juni 2024   13:45 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak..., tidak ada yang boleh meninggalkan rumah. Menurutmu meninggalkan rumah itu solusi!" Ancam ayah

"Iya, setidaknya dengan meninggalkan rumah Salsa bisa mencari ketenangan diluar sana. Salsa sudah tidak tahan lagi Yah, melihat kalian setiap hari bertengkar terus, Salsa malu, apakah ayah dan bunda tahu setiap hari tetangga kita membicarakan kita terus. Salsa malu yah."

"Ini semua ulah ayahmu." Sahut bunda.

"Dengar Sa, apa yang dikatakan bundamu itu tidak benar, itu bohong. Salsa tahu kan kalau selama ini ayah tidak pernah berbohong." Ungkap ayah mencoba meyakinkanku.

"Apa bohong katamu, lalu bagaimana kamu bisa jelaskan padaku tentang ini huh...!." Teriak bunda sambil melemparkan handphone yang terdapat foto ayah dengan seorang wanita.

"Wanita apa?" Kata ayah sambil mengerutkan dahi.

"Apa chat di IG itu belum menjadi cukup bukti bahwa selama ini kau telah menghianatiku?" kata bunda.

"Bicara apa kamu?" Sahut ayah yang hampir saja melayangkan tangannya ke wajah bunda. "Sudah...sudah... cukup! Teriakku melerai mereka.

"Salsa pergi Yah!" Tanpa berkomentar aku meninggalkan rumah. Ayah beranjak menghampiriku dan berusaha mencegah.

"Salsa .., Salsa ... dengarkan ayah nak, sebenarnya ayah ingin menyampaikan sesuatu yang ayah rahasiakan selama ini, tapi ayah merasa belum saatnya untuk ayah sampaikan padamu." Terang ayah.

"Sudahlah Yah, apalagi yang ayah mau jelaskan pada Salsa. Kebohongan ayah sudah menghancurkan kepercayaan dan cinta Salsa pada ayah selama ini. Jangan cari kemana Salsa akan pergi." Pintaku sembari menenteng tas ranselku dan berlari meninggalkan rumah, terdengar sahutan bunda memanggil namaku. namun tak kuhiraukan panggilan itu, aku terus berlari mengikuti arah angin berhembus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun