Ketiga bocah itu langsung berbinar mendengar itu. Padahal Aisyah belum terpikir hadiah apa yang akan dia kasih. Yang terpikir saat ini hanya bagaimana supaya ketiga anaknya ini bersemangat jualan dan bisa segera menghasilkan uang, makanya ia janjikan akan ada hadiah yang menarik.Â
*****Â
Pagi ini Aisyah dan ketiga anaknya sibuk luar biasa. Sementara anak-anak bersiap, Aisyah menyiapkan dagangan yang akan mereka bawa.Â
Setelah semua siap, ketiganya pamitan. Mereka terlihat ceria dan penuh semangat.Â
Farah yang terlihat paling bergairah.Â
"Pokoknya Farah pasti menang deh, Bunda," ujarnya yakin dengan wajah semringah, lalu mencium tangan sang Bunda.Â
Bocah yang memang periang itu berjalan gegas sambil menenteng dagangan yang dikemas Aisyah dalam sebuah keranjang tenteng seperti keranjang belanjaan swalayan.Â
Firza juga tak kalah bersemangat. Setelah salim ia langsung berjalan tergesa-gesa. Ia mau segera tiba di sekolah supaya bisa langsung jualan sebelum bel masuk berbunyi.Â
Hanya Fatih yang terlihat biasa-biasa saja. Aisyah kembali menduga putra sulungnya itu sebenarnya sudah paham semua ini hanya skenarionya saja. Karena sudah kelas empat, bisa jadi dia sudah mengerti keadaan keuangan bundanya, meski Aisyah selalu menutupinya.Â
Setelah ketiga bocah itu hilang dari pandangan, Aisyah tak kuasa lagi membendung air mata yang sejak tadi ia tahan. Bulir-bulir bening itu akhirnya luruh, merembes berkejaran membasahi pipinya.Â
Rasa haru dan sedih campur aduk menyesaki rongga dada.Â