"Lomba?"Â
"Iya, Bunda Firza ngajak Firza dan kakak ikut permainan. Namanya permainan wira usaha. Caranya dengan jualan. Nanti yang dapat uang paling banyak yang menang dan dapat hadiah istimewa dari bunda."Â
Para guru kembali saling pandang. Tapi kali ini mereka sudah paham situasi. Beberapa guru tampak menghela napas panjang. Terharu melihat bocah kecil yang lugu ini.Â
"Firza tinggal aja kuenya, ya. Sekarang Firza silakan kembali ke kelas." Seorang guru senior menghampiri Firza. Ia ambil loyang-loyang berisi brownies dari tangan Firza sembari mengusap kepala bocah itu.Â
"Baik, Bu. Assalammualaikum." Firza balik badan lalu berlari kembali ke kelas.Â
Usai jam sekolah, Firza kembali ke ruang guru. Ia kaget sekaligus girang luar biasa mendapati semua loyang sudah kosong dan di dalamnya ada tumpukan uang. Ada uang seratus ribu, beberapa lembar pecahan limapuluh ribu dan dua puluh ribu.Â
*****Â
"Masha Allah ... luar biasa .... Hari pertama ini kalian menghasilkan uang Alhamdulillaah sangat banyak." Aisyah ciumi rambut ketiga anaknya bergantian.Â
Ia gembira, dagangan anak-anaknya laku. Jumlah uang yang diperoleh juga jauh lebih besar dari pada yang ia perkirakan. Aisyah takjub. Entah bagaimana cara anak-anaknya berjualan.Â
Aisyah juga merasa lega karena ketiga buah hatinya itu terlihat tetap gembira. Tidak terlihat ada tanda-tanda mereka mengalami pengalaman yang tidak enak selama berjualan.Â
Fatih yang cenderung pendiam pun tadi terlihat sangat ceria ketika menyerahkan uang hasil berjualan.Â