"Lima ribu."Â
"Yaah ... kok lebih mahal dari pada ciloknya Mang Ucup di depan sekolah?"Â
"Eh, jangan salah ... cilok bikinan bundaku ini lebih enak. Bumbunya lebih terasa. Coba deh kalau gak percaya."Â
Farah membuka satu bungkus, lalu membagikannya sebagai tester.Â
"Hmm, iya, enak banget nih!" seru anak laki-laki tadi.Â
"Iyaaa ... enak. Lebih gede-gede juga." timpal anak perempuan di sebelahnya..."Â
Dagangan Farah pun sudah terjual banyak sampai bel masuk berbunyi. Hanya tersisa beberapa bungkus. Ketika jam istirahat, cilok yang tersisa itu pun habis terjual.Â
"Yaaah .... habis ya, Farah? Padahal aku mau beli lagi untuk dibawa pulang." ujar seorang teman Farah yang telah memegang selembar lima ribuan.Â
"Iya, habis nih. Besok lagi, ya." sahut Farah dengan raut puas.Â
"Besok bawa yang banyak ya."Â
"Siip ... nanti aku bilang Bunda bikin yang banyak."Â